GARUT – Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati diwacanakan akan berganti nama menjadi Bandara Internasional BJ Habibie.
Wakil Gubernur Jawa Barat Uu ruzhanul Ulum mengatakan, pergantian nama ini tentunya harus ada kesepakatan bersama. Bahkan, selain nama BJ Habibie ada nama-nama lain seperti
Abdul Halim dan Sunan Gunung Jati Cirebon.
“Nama-nama tokoh daerah seperti Abdul Halim atau Sunan Gunung Jati bisa dipertimbangkan, itukan tokoh lokal yang sudah sangat terkenal, jadi silakan kita bicarakan bersama,” kata Uu disela-sela kunjungan kerjanya di Kabupaten Garut, Rabu (18/9).
Uu beralasan, pergantian nama BIJB Kertajati menjadi Bandara Internasional BJ Habibie memiliki pertimbangan. Pertama, presiden ketiga Indonesia tersebut berkontribusi besar terhadap perkembangan dirgantara Indonesia dan Jawa Barat.
BJ Habibie, kata Uu, sukses membuat dan menerbangkan pesawat hasil karyanya CN-235 di Bandung. Kemudian, pesawat itu menjadi awal kejayaan penerbangan Indonesia.
“Nama BJ Habibie selain sebagai bentuk penghormatan dan Bapak Penerbangan Indonesia juga memiliki kaitan dengan Jabar,” katanya.
“Pabrik pesawat ada di Jawa Barat yaitu PT DI, beliau juga pernah jadi Dirut (Direktur Utama). Saat menerbangkan pesawat CN-235 yang menjadi awal kejayaan kedirgantaraan Indonesia berlokasi di Bandung,” tambahnya.
Adapun, sebelum pernyataan Uu, pergantian nama lebih dulu bermula dari petisi online yang meminta pergantian nama BIJB Kertajati menjadi Bandara BJ Habibie.
Seruan publik ini dimulai oleh Ihsan Joe di salah satu situs web dengan tajuk ‘Mengganti nama Bandara BIJB Kertajati menjadi Bandara BJ Habibie’ yang ditujukan kepada Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan Gubernur Jabar Ridwan Kamil.
BIJB Kertajati sendiri beroperasi pada bulan Mei 2018 lalu. Bandara terbesar kedua di Indonesia itu terletak di Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka. Pada 2020 nanti, BIJB Kertajati direncanakan akan melayani penerbangan haji dan umrah.
Sementara itu terpisah, Anggota DPRD Jabar Dadang Supriatna tidak mempermasalahkan dengan wacana tersebut dan menganggap sosok presiden ketiga Indonesia cocok diabadikan menjadi nama baru bandara yang berlokasi di Majalengka tersebut.
Menurutnya, jasanya terhadap industri kedirgantaraan di Indonesia sangat besar. Terlebih, BJ. Habibie menjadi sosok sentral dalam pembangunan Industri Pesat Terbang Nusantara (IPTN) yang saat ini berubah menjadi PTDI.