SOREANG – Setelah selama tiga tahun tak digunakan untuk kegiatan belajar mengajar, akhirnya bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cisabuk yang berada di Desa Santosa, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung terbengkalai dengan beberapa bagian bangunan terlihat rusak karena tak terurus. Bahkan saat ini warga memanfaatkan halaman sekolah tersebut untuk berkebun.
Salah seorang mantan guru SDN Cisabuk Asep Nanan (48) mengatakan, terakhir sekolah itu menerima pendaftaran peserta didik baru pada 2016. Namun ketika itu total jumlah siswa masih kurang dari seratus orang.
Penyebab minimnya siswa yang daftar, lanjutnya, diduga karena lokasi sekolah yang berada di lahan perkebunan. Terlebih jumlah pemukiman dan penduduk di daerah itu memang tak pernah bertambah, bahkan cenderung berkurang.
”Akhirnya dari waktu ke waktu, anak-anak warga sini semakin sedikit, sehingga siswa pendaftar pun terus menurun jumlahnya,” kata Asep, Gedung SDN Cisabuk, Kamis (29/8).
Dia menjelaskan, sesuai aturan Kemendikbud, sekolah yang memiliki siswa kurang dari seratus dan dekat dengan sekolah lain harus dimerger. Oleh karena itulah sejak tiga tahun lalu, siswa dan guru SDN Cisabuk akhirnya digabungkan dengan SDN Santosa yang berjarak hanya belasan meter.
”Sejak itu (dimarger) bangunan sekolah sama sekali tak pernah mendapat perawatan dari pemerintah. Akibatnya, sejumlah bagian gedung mengalami kerusakan, seperti atap jebol dan keramik lantai yang banyak dicuri,” jelasnya.
Selain itu, lanjutnya, tanah lapangan dan sekitar bangunan pun menjadi gambut, sehingga sejak beberapa bulan lalu warga sekitar berinisiatif merawat dan memanfaatkannya untuk berkebun.
”Mereka ada yang menanam kubis (kol) di lapangan dan lahan-lahan di antara bangunan gedung sekolah,” ucapnya.
Asep mengaku, pihaknya sudah mengusulkan agar bangunan SDN Cisabuk kembali difungsikan menjadi sekolah menengah kejuruan. Sebab menurutnya, di Kecamatan Kertasari saat ini baru ada satu SMA. Terlebih lokasi SMA tersebut juga jauh atau berada diperbatasan dengan Kecamatan Pacet.
”Di sini banyak lulusan SMP yang sulit meneruskan pendidikan, karena jauh ke SMA Negeri. Jadi mereka yang masih memiliki keinginan untuk meneruskan sekolah lebih memilih ke wilayah Pangalengan atau Banjaran karena lebih dekat dan akses transportasinya lebih mudah,” terangnya.