CIMAHI – Dinas Sosial Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DinsosP2KBP3A) Kota Cimahi mencatat, jumlah Penyandang Masalah Kesejahtraan Sosial (PMKS) mencapai 17.463 jiwa.
Kepala Bidang Sosial pada DinsosP2KBP3A, Agustus Fajar mengatakan, saat ini kategori PMKS yang paling dominan di Cimahi adalah fakir miskin dengan jumlah 10.209 jiwa.
”Selain itu ada juga perempuan rawan sosial ekonomi sebanyak 1.851 jiwa,” sebut Agus, di Komplek Perkantoran Pemkot Cimahi, Senin (19/8).
Agustus mengklaim, meski ada belasan ribu, namun, jumlah PMKS saat ini mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2017 jumlahnya 18.763 jiwa dan pada tahun 2018 jumlahnya jadi 18.120 jiwa.
Menurutnya, faktor yang menyebabkan penurunan jumlah PMKS setiap tahunnya biasanya disebabkan banyak yang sudah meninggal atau pindah domisili.
”Ada juga yang sudah sejahtera, jadi otomatis tidak lagi terdata sebagai PMKS,” jelasnya.
Khusus untuk fakir miskin, lanjut Agustus, perlu penanganan serius dari pemerintah selain dengan pemberian bantuan berupa materi. Sebab, rentan menjadi penyumbang gelandangan dan pengemis.
”Mengemis bagi keluarga fakir miskin itu bisa jadi jalan pintas, karena mereka harus secepat mungkin memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ucapnya.
Dia menjelaskan, indikator keluarga dianggap fakir miskin yakni dari sisi kepemilikan aset, pekerjaan, penghasilan perbulan yang jika diakumulasikan skornya di bawah 10 persen dari Basis Data Terpadu (BDT) Kementerian Sosial (Kemensos) RI.
Berdasarkan BDT, skor 25 persen ke bawah masuk kategori miskin dan 40 persen ke bawah rentan miskin yang bisa jadi langsung masuk kategori miskin karena banyak faktor.
”Nah yang mesti dipantau itu yang 40 persen ini. Mereka punya pekerjaan tapi tidak memenuhi kebutuhan sehari-hari. Atau mereka bekerja tapi malas dan akhirnya mengalami PHK, jadi banyak kemungkinan,” jelasnya.
Untuk penanganan keseluruhan PMKS, termasuk fakir miskin, lanjut Agustus, pihaknya bakal memaksimalkan program pelatihan keterampilan serta rehabilitasi. Di antaranya dengan pelatihan keterampilan.
”Setelah mereka selesai pelatihan, maka punya bekal untuk bekerja mencari pekerjaan,” pungkasnya.(mg3/ziz)