Bu Mega terlihat sambil mengeluh-elus dada. Ketika mengucapkannya. Pertanda betapa dalamnya kesabaran itu –kesabaran dalam kejengkelan.
Kali ini tidak perlu imajinasi untuk memahaminya. Bu Mega sendiri yang menjelaskannya –secara cetho welo-welo.
Dulu, saat PDI-Perjuangan memenangkan Pemilu 1999, mestinya dirinyalah yang menjadi presiden.
Tapi tidak bisa. Dikalahkan di DPR. Saat itu belum ada pemilihan langsung.
Pemilu lima tahun lalu PDI-Perjuangan menang lagi. Tapi jabatan ketua DPR jatuh ke Golkar. Lewat penciptaan UU MD3.
“Saya ditipu terus. Dikerjain terus,” ujar Bu Mega. “Tapi kita jalan terus. Suatu saat pasti mencapai kemenangan,” tambahnya.
Itulah yang beliau istilahkan ‘kesabaran revolusioner’.
Dan semua itu tidak ada dalam teks pidato.
Pemilu kemarin itu PDI-Perjuangan menang lagi. Apakah juga akan ditipu dan dikerjai lagi?
Kali ini tidak mau. Tidak mau. Tidak mau,” ujar Bu Mega. Tidak maunya tiga kali. Dengan penuh perasaan. Yang diikuti pula oleh perasaan kader partai yang hadir.
“Tidak mau. Tidak mau. Tidak mau,” teriak peserta kongres serentak.
Bu Mega pun memasuki soal susunan kabinet yang akan datang. Sambil menyebut nama Presiden Jokowi.
Nanti, kata Bu Mega, tidak bisa lagi Pak Jokowi beralasan. Misalnya, PDI-Perjuangan sudah mendapat banyak posisi –seperti Ketua DPR. Maka jumlah menteri PDI-Perjuangan empat orang saja. Itu pun sudah lebih banyak dari yang lain. Yang hanya mendapat dua menteri.
“Tidak mau,” ujar Bu Mega.
Bu Mega mengungkapkan betapa beratnya memenangkan pemilu di Jateng. Sampai harus turun sendiri ke lapangan.
“Waktu itu kami sudah begini-begini,” kata Bu Mega sambil menggerakkan jari-jari tangannya.
Maksudnya, sudah khawatir kalah. Begitu juga timnya Pak Jokowi.
“Itu gara-gara Mas Bowo mau pindah posko ke Jateng,” ujar Bu Mega. Sambil mengarahkan wajah ke Pak Prabowo. Yang duduk di deretan depan. Di sebelah Wapres terpilih KH Ma’ruf Amin.
Pak Prabowo tampak senyum-senyum. Sambil menangkupkan kedua telapak tangan di depan dadanya.
“Wong sudah tahu Jateng itu kandang banteng saya. Kok mau diganggu,” katanya sambil senyum. Hadirin pun tertawa. “Terpaksa saya turun sendiri,” tambahnya.