JAKARTA – Perebutan kursi menteri masih menjadi pembicaraan hangat. Sejumlah nama -diprediksi bakal mengisi jabatan politis tersebut. Belum ada yang tahu, siapa bakal menjabat sebagai apa. Soal usia menteri juga ramai diperdebatkan. Hak prerogatif ada di tangan presiden Joko Widodo.
Akademisi Universitas Islam Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin mengatakan, sejumlah partai politik yang sebelumnya tidak tergabung dalam koalisi mulai merapat. PAN dan Demokrat dikabarkan bakal merapat ke dalam koalisi. Terakhir, Gerindra juga mengadakan pertemuan dengan Jokowi dan Megawati.
Merapatnya oposisi ke koalisi, menurut Ujang bisa diartikan mengincar jabatan menteri. Sudah menjadi rahasia umum, jika rekonsiliasi akan diikuti dengan kesepakatan-kesepakatan. “Mungkin termasuk di dalamnya adalah menduduki kursi menteri,” kata Ujang kepada Fajar Indonesia Network (FIN) di Jakarta, Senin (29/7).
Kesepakatan yang sudah terjalin di antara koalisi, bisa berubah dengan masuknya sejumlah oposisi ke dalam koalisi. Bisa jadi, ada pengurangan jatah kursi menteri. Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Political Review ini, hal tersebut sudah lumrah dalam politik.
Ujang juga memprediksi, merapatnya Demokrat ke dalam koalisi diprediksi ingin mencalonkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menduduki kursi menteri. Hal ini sebagai modal politik AHY jika nantinya ingin maju dalam Pemilu 2024. Jadi menteri menjadi modal kuat kuat jika mengikuti ajang kontestasi lima tahunan tersebut.
Terpisah, Pengamat Politik Emrus Sihombing mengingatkan jangan sampai jatah kursi menteri pada kabinet kerja Presiden Joko Widodo jilid II diberikan karena titipan petinggi partai politik pendukung. Terutama kursi untuk menteri muda.
“Menteri muda selain independen juga bisa dari parpol pendukung. Tetapi jangan tokoh-tokoh muda dari partai yang diangkat hanya karena bapaknya ketua partai lalu disodorkan anaknya atau keluarganya. Jangan sampai terjadi. Saya melihat ada kecenderungan itu. Calon menteri harus yang benar-benar hebat,” papar Emrus.
Dia mengatakan sangat sah apabila calon menteri muda berasal dari parpol pendukung. Namun harus yang benar-benar memiliki kapabilitas, integritas, dan jiwa kepemimpinan yang tinggi. “Jangan-jangan dia sukses juga karena nempel bapaknya. Itu harus dikritisi, tapi bukannya tidak boleh,” imbuhnya.