Menurutnya, buah-buahan yang cukup potensial seperti manggis, salak, durian, maupun nanas berpeluang terus diekspor ke Tiongkok karena cenderung tahan lama. Sementara, buah seperti pisang meskipun produksinya cukup banyak namun kurang tahan lama.
“Karena jarak Tiongkok dan Indonesia cukup jauh, jadi rentan busuk,” ungkapnya.
Meskipun menilai positif, Rusli mengingatkan agar daya saing perkebunan ditingkatkan. Perkebunan buah-buahan harus dikelola secara massif atau dalam skala besar. Kemudian rantai pasokan juga harus diperbaiki. Dengan memanfaatkan dana desa.
“Karena kebun-kebun buah ini kan banyak di desa-desa, ini bisa menjadi prmberdayaan masyarakat desa,” ungkapnya.
Dia berpendapat, salah satu problem ekspor adalah penanaman yang terpencar dan produksi yang tidak berkelanjutan. Misalnya produksi belimbing dan jambu air di Demak, Jawa Tengah.
“Apalagi, Demak dekat dengan pelabuhan di Semarang sehingga lebih mudah diekspor ke negeri China,”tutup Rusli. (yan).