DLH Cimahi Todong Kendaraan, Lalu….

CIMAHI – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi, melakukan uji emisi bagi kendaraan roda dua dan roda empat yang melintas di jalanan Kota Cimahi.

Kepala Bidang Penataan Hukum Lingkungan Hidup DLH Kota Cimahi, Yani Rijaningsih, mengatakan kendaraan menyumbang polusi udara dari emisi gas buang sehingga perlu diuji kadar emitennya.

“Tujuannya mengetahui kadar emisi udara yang ada di Cimahi yang bersumber dari emisi bergerak atau kendaraan bermotor. Bisa dilihat sendiri, bagaimana penuhnya jalanan Kota Cimahi sekarang dengan kendaraan bermotor,” ujar Yani saat ditemui di sela-sela pelaksanaan uji emisi di Jalan Gedung Empat, Kota Cimahi, Selasa (16/7).

Proses uji emisi gas buang tersebut dilakukan dalam kondisi kendaraan berhenti namun mesin tetap menyala. Petugas kemudian memasukkan opacity meter ke knalpot untuk mengukur kadar hidrocarbon dan CO.

Yani menyebutkan untuk kendaraan berbahan bakar bensin keluaran tahun 2007 ke bawah, kandungan CO-nya harus di bawah 4,5 dengan kandungan HC-nya 1.200. Sedangkan kendaraan keluaran 2007 ke atas kandungan CO-nya sebesar 1,5 dan kandungan HC-nya di angka 200.

Untuk kendaraan berbahan bakar solar keluaran di bawah tahun 2010, opasitasnya maksimal di angka 70 persen. Untuk kendaraan keluaran di atas 2010, kadar opasitasnya maksimal 40 persen.

“Ada indikator penghitungannya sendiri. Jadi nanti bisa dicek apakah kendaraan itu laik atau tidak. Kalau lulus uji emisi nanti akan kita beri stiker khusus. Kalau tidak lulus kami imbau agar pengemudi segera melakukan service kendaraan dan uji emisi berkala tiap 6 bulan,” ungkapnya.

Dari tiap pelaksanaan uji emisi, dibawah 10% kendaraan masih ada yang belum lolos uji emisi. Jika pada tahun ini ditargetkan 1500 kendaraan diuji emisinya, sekitar 150 kendaraan tidak lolos uji emisi.

“Sampai saat ini angka yang lulus uji emisi cukup tinggi. Tapi meskipun begitu kan kendaraan tergantung dari pemakaian dan perawatan,” katanya.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup, kualitas udara Kota Cimahi masih dalam ambang cukup baik.
“Untuk angka pastinya kita tidak tahu berapa, tapi kualitasnya masih cukup baik. Kita belum punya alat pengukur kualitas udara, karena harganya mahal. Kalau kota lain juga dapat hibah dari kementerian,” tegasnya. (mg5)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan