Kepala Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumsel Rosita menambahkan, Kementerian Perhubungan membentuk balai tersebut pada Januari untuk melakukan pemantauan dan evaluasi. “Kami lakukan sosialisasi secara terus-menerus,” ungkapnya.
Menurut Rosita, setiap bulan balai tersebut memberikan laporan ke Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan. Selain itu, untuk membantu pembiayaan operasional LRT, rencananya dimanfaatkan sumber pendapatan lain.
Misalnya, memperkenankan iklan dan gerai masuk. “Saat ini stasiun masih kosong karena masih dilakukan kajian bagaimana skema kerja sama. Ini nanti jadi pendapatan negara juga.”
Masih banyak yang harus dibenahi memang. Wahidin mengakui, tidak mudah menumbuhkan kultur bertransportasi umum. Butuh waktu.
Dan, waktu itu bakal datang. Sebab, kendaraan pribadi kian banyak. Jalan tidak tumbuh. Kemacetan makin menggila.
“LRT ini memberikan alternatif pilihan moda transportasi,” kata Wahidin. (jpc)