Dirinya menambahkan, selain melakukan penelitian, untuk mendorong produktivitas dari tanaman inipun diperlukan pelatihan dari ahli. Karena memang tanaman vanili ini tidak bisa membuahi sendiri melainkan harus ada bantuan untuk mengkawinkannya.
”Makanya sebelum disebar ke masyarakat, kami inginnya buat demplot atau percobaan dulu di dinas. Setelah berhasil dengan baik, baru kami berani sebar dan dikembangkan ke masyarakat,” katanya.
Dirinya mengatakan, peluang pasar biji vanili ini, sangat terbuka luas. Permintaan dunia akan biji vanili terus meningkat, seiring dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat dunia akan bahaya pewangi buatan untuk makanan dan minuman. Sedangkan di Indonesia, pertanian vanili masih tergolong sedikit.
”Di Indonesia sentra pertanian vanili ada di Sulawesi dan bebeberapa daerah lainnya. Tapi tetap belum bisa memenuhi kebutuhan dunia, jadi ini peluang bisnisnya masih sangat luas. Makanya harganya juga yang kering dan berkualitas itu bisa sampai Rp 5 juta perkilogram,” pungkasnya (rus)