Selain terus melakukan sosialisasi peserta KB untuk menggunakan alat kontrasepsi, pihaknya juga fokus mengkampanyekan soal kesehatan reproduksi atau kespro pada wanita. Hal itu penting agar memberikan dampak positif bagi pasangan usia subur. “Kegiatan di lapangan kami juga sampaikan soal kespro terutama bagi wanita agar menikah diusia ideal yakni 21 tahun dan pria diusia 25 tahun. Memang masih ada wanita yang menikah diusia 19 tahun atau dulu bahkan ada yang sampai di bawah 17 tahun sudah menikah. Itu jadi sasaran kami agar kespro ini bisa dipahami sesuai dengan idealnya usia menikah. Kami libatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat,” paparnya.
Pernikahan diusia dini atau di bawah umur, kata dia, akan banyak dampak yang dirasakan. Pertama pada kesehatan reproduksi wanita, lalu pada kesehatan anak pasca melahirkan seperti terjadinya kasus stunting (kondisi di mana seorang anak memiliki tinggi badan lebih rendah dari standar usianya) yang saat ini sudah banyak terjadi di beberapa desa. “Dampak lainnya ekonomi juga dan ujung-ujungnya terjadi perceraian” tandasnya. (drx)