CIMAHI — Meski sudah 14 tahun berlalu, namun peristiwa naas yang menimpa Kampung Cireundeu, Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi, sepertinya tidak pernah akan terlupakan oleh penduduk setempat.
Saat itu, tepatnya pada 21 Februari 2005 silam, di kampung tersebut terjadi longsor, namun longsor tersebut bukan tanah layaknya yang sering terjadi. Tapi, longoran yang menimpa warga adalah berupa tumpukan-tumpukan sampah. Sebab, kala itu tempat tersebut merupakan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Akibat kejadian itu, 157 warga harus meregang nyawa dan sebagian lainnya harus kehilangan sanak saudara.
Salah seorang Sesepuh Kampung Adat Cirendeu, Asep Abas menceritakan, peristiwa longsor yang terjadi akibat dari ledakan gas metan yang terakumulasi dari ribuan ton sampah itu, yang jadi cikal bakal Hari Hari Peringatan Sampah Nasional. Namun sepertinya, peristiwa tersebut tidak membuat manusia sadar akan kemarahan alam. Sehingga, sampai saat ini belum sama sekali berdampak pada pengurangan sampah di masyarakat.
“Sampai sekarang belum ada dampaknya. Entah alasannya apa. Jadi longsor sampah waktu itu mungkin sudah terlupakan, peringatan HPSN hanya seremonial, kecuali bagi kami, sampai kapanpun ini akan jadi kenangan pahit,” ujar pria yang karib disapa Abah Asep itu saat ditemui usai Upacara Peringatan Longsor Sampah, di Kampung Cireundeu, Kamis (21/2).
Yang lebih miris, lanjut Abah Asep, bukannya sadar dan iba, tapi saat ini malah ada oknum yang dengan sengaja masih membuang sampah ke Kampung Cireundeu. Hal itu seakan tak menghargai warga sekitar, dan upaya pemerintah menjadikan kampungnya sebagai destinasi wisata.
”Memang ada oknum aparat yang buang sampah disini. Sebetulnya warga sangat menolak, tapi tidak berdaya. Sedangkan kawasan ini akan jadi tujuan wisata, bertolakbelakang jadinya,” katanya.
Ia menuturkan, selama 20 tahun lebih sebelum peristiwa longsor terjadi, kampungnya menjadi salah satu lingkungan yang tidak sehat. Sebab, lokasi tempat tinggal mereka dijadikan tempat pembuangan akhir dengan sistem pengelolaannya yang tidak ramah lingkungan.