NGAMPRAH– Proyek pembangunan sekolah yang tidak jelas membuat ratusan siswa SD Cimerang 1, 2, dan 3, serta SD Ciampel di Desa Laksanamekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat sangat memprihatinkan.
Rencana pembangunan total 10 ruang kelas di empat SD tersebut dengan alokasi anggaran per kelas Rp 180 juta, kini mulai menunjukkan gejala tidak beres.
Sebab, jika mengacu target 50 hari kerja sejak seluruh ruang kelas itu dibongkar pada akhir Desember 2018, semestinya pembangunan sudah selesai. Tapi apa mau dikata, hingga kini seluruh ruang kelas itu belum satu pun yang selesai dibangun 100%.
Ironisnya, sejumlah ruang kelas yang telah dibongkar itu kini seperti dibiarkan terbengkali. Tidak terlihat lagi aktivitas pekerja. Informasi yang beredar, pemborong proyek sekolah ini kabur karena tak memiliki dana sehingga pembayaran biaya pembangunan jadi tidak jelas.
Dadang,50, salah seorang pekerja pembangunan sekolah tersebut mengaku pembangunan ruang kelas itu dihentikan sejak dua minggu lalu. Penyebabnya, tidak ada dana untuk membeli bahan material dan membayar upah 25 pekerja. Bahkan upah pekerja yang belum dibayar. Padahal para pekerja telah bekerja selama tiga minggu mereka bekerja.
“Sudah tidak kerja ngebangun lagi. Upah saya aja sebesar Rp125.000/hari belum dibayar selama tiga minggu. Saya jadi bingung karena harus bayar utang ke warung pas kerja di sini,” kata Dadang.
Terbengkalainya pembangunan ruang kelas di empat sekolah ini membuat siswa jadi korban. Mereka terpaksa belajar bergantian karena tidak ada ruang kelas yang bisa dipakai.
Bahkan ada beberapa murid yang belajar tambahan sambil lesehan di ruangan yang penuh sesak oleh meja, buku, dan kursi yang disimpan di ruangan tersebut. Akibatnya sejumlah properti penting sekolah rusak karena ditumpuk di dalam satu ruangan. (drx)