”Kalau di cetak, ada emosi yang berbeda dari sebuah foto. Karena jika sekadar dipajang di media sosial, suatu saat sebuah teknologi akan mengambil error, maka kita tidak bisa melihat foto itu lagi,” bebernya.
Dia yang juga berperan sebagai seorang juri, menilai semua foto layak di-print karena tidak ada foto yang jelek. Melainkan, bagus atau bagus banget.
”Kita tidak bisa men-jugde seseorang, karena tidak akan pernah tahu apa makna yang ingin dia ambil dari foto. Namun, untuk dilombakan saat ini saya menginginkan sebuah foto yang mampu bercerita,” pungkasnya. (ziz/rie)