Pesan Berantai WA Akhirnya Dibatasi

Berita tersebut sudah terkonfirmasi hoaks. Ketua Progres 98, Faizal Assegaf yang namanya dicatut membantah dirinya pernah memberikan pernyataan seperti tertulis dalam artikel tersebut. Kabar serupa ternyata juga pernah tersebar pada 2015 lalu.

Berita hoaks juga diarahkan ke calon wakil presiden Sandiaga Uno. Sebuah akun Facebook membagikan sebuah gambar tangkapan layar yang menampilkan sebuah berita dari Liputan6.com dengan judul ”Sandiaga: Atlet Pribumi Kita Fisiknya Lemah, IQ-nya Rendah, Indonesia Gak Bakal Juara Asian Games 2018.”

Bersama gambar itu, penulisnya mengatakan, ”Jangan pilih orang pesimis ini menjadi seorang pemimpin. Orang pesimis ini menghina bangsanya sendiri.” Gambar tangkapan layar terbukti telah dimanipulasi dengan mengganti judul berita. Apalagi, font huruf dalam berita manipulasi tersebut tak sama dengan yang digunakan Liputan6.com.

Wasisto Raharjo Jati, staf peneliti di Puslit Politik LIPI menilai, fenomena haters dan hoaks akan terus meningkat menjelang Pilpres 2019. Salah satu alasannya karena berkaitan naiknya elektabilitas Jokowi sebagai incumbent dan sikap politik terhadap Prabowo Subianto.

”Haters ini kebanyakan partisan, namun mereka menggunakan plafform nonpartai yang menurut saya bisa berpotensi besar nanti, karena tak terikat oleh organisasi. Hanya sekadar sikap massa,” kata Wasisto.

Dia menilai, karena sifat haters adalah nonpartai maka tidak terkontrol. Mereka bisa berkembang tidak hanya di level masyarakat, tapi di level lain seperti kalangan politikus, tokoh masyarakat, dan mereka yang memungkinkan memobilisasi masa.

Wasisto mengatakan, karena para pembenci ini loyalis, maka kemungkinan dua dari pasangan calon bisa jadi sasaran kebencian. Namun, intesitas lebih mengarah ke petahana daripada kompetitor. ”Karena elektabilitas, figur, ekspektasi publik ke petahana lebih tinggi,” ujar dia.

Serangan terhadap kubu Prabowo, kemungkinan akan mengarah kepada sosoknya di masa lalu, seperti isu pelanggaran hak asasi manusia hingga kesendiriannya. ”Yang sering saya lihat, isu untuk Prabowo lebih pada isu pribadi, dan isu Jokowi ke arah elektablitasnya,” kata Wasisto.

Dia mengatakan, haters berpotensi untuk mengonstruksi perilaku pemilih. Mereka berperan besar bagaimana mem-brainstroming pemilih memilih calon yang dikehendaki. Para pembenci ini akan menjadi semacam aktor kampanye yang tersembunyi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan