Uu menegaskan, program Sejajar ini selaras dengan sekolah regular. Contohnya, seseorang yang ingin menjadi Pegawai Agama Honorer (PAH). Jika tidak memiliki ijazah SMP, maka orang tersebut tidak akan diterima meski dari sisi keilmuan melebihi yang lulusan SMP.
”Maka dari itu, Sejajar adalah solusi bagi masalah-masalah yang dicontohkan tersebut,” kata dia.
Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Ahmad Hadadi mengungkapkan, Disdik Jabar aktif dalam menyisir siswa yang tidak melanjutkan sekolah. Mereka tidak dibebankan biaya pendaftaran alias gratis.
Menurut Hadadi, Sekolah Jabar Juara merupakan upgrade dari SMP terbuka, atau jenjang menengah SMA Terbuka. Untuk SMK, Sekolah Jarak Jauh (PJJ). Program ini diproritaskan untuk anak yang tidak bisa sekolah pada umumnya. Mulai dari faktor kekurangan biaya, harus bekerja membantu orangtua. Sehingga tidak ada waktu untuk sekolah.
”APK pendidikan menengah Jabar sekitar 81.65 persen, target 2020 bisa mencapai 90 persen,” ujarnya.
Menurutnya, sekolah menengah terbuka merupakan program pendidikan layanan khusus untuk peserta didik yang digratiskan serta menginduk ke sekolah negeri dan swasta yang ditunjuk.
Dia menekankan, Sekolah Jabar Juara bukan program swasta. Tapi, istimewanya, kata dia, Sekolah Jabar Juara ini bisa dihadirkan oleh sekolah negeri atau swasta. ”Secara legal formalnya, ijazah anak tetap kepala sekolah reguler,” tegasnya.
Hadadi berharap, Sekolah Jabar Juara tidak sampai turun grade. Sebab, pembelajarannya lebih fleksibel. Tapi karena kegiatan belajar mandiri, maka pembelajaran bisa menggunakan modul online atau pun manual. ”Sebenarnya, serba dimudahkan. Yang sulit memang memotivasi anak tersebut supaya mau melanjutkan pendidikan,” ujarnya.
Di balik banyaknya faktor yang mendorong putus sekolah, Hadadi mengungkapkan, penjaringan siswa Sekolah Jabar Juara lebih panjang. Malah dikatakan terakhir setelah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dan seleksi swasta.
”Jadi bukan akal-akalan. Kami menyisir mereka yang tidak lolos PPDB dan tidak sekolah karena tidak melanjutkan,” ujarnya lagi.
Hadadi memaparkan, lulusan Sekolah Menengah Terbuka mencapai 36 ribu siswa. Tahun ini, kata dia, ditargetkan mencapai 39 ribu siswa dari 27 kabupaten/kota.
”Meski demikian, realisasi kami baru mencapai 15 ribu. Ini tentu jadi tugas kami untuk lebih giat lagi menjaring siswa di Sekolah Jabar Juara,” jelasnya sambil menambahkan, sebelum 2017 (diresmikan, Red), siswa sekolah menengah terbuka hanya 2.000 orang.