Jenazah Bayi Ditukar BPKB Motor

CIREBON – Miris. Jenazah Muhammad Akmal Safanka harus tertahan di rumah sakit. Tidak bisa dipulangkan secepatnya untuk dimakamkan. Pihak keluarga harus membayar tagihan sebesar Rp 5 juta. Meski sudah siap dengan Dana awal Rp 3 juta, pihak rumah sakit tak mau menerima uang itu. Negosiasi mentok.

Akhirnya BKPB motor ditahan di rumah sakit sebagai jaminan. Setelah itu, jenazah baru bisa dipulangkan untuk dimakamkan. Cerita pilu ini datang dari keluarga tak mampu asal Gintungranjeng, Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon. Yakni pasangan suami istri (pasutri) Toefan Nugraha, 22, dan Muslika, 18.

Data yang dihimpun Radar Cirebon, bayi Muhammad Ak­mal Safanka lahir pada Senin malam (12/11) sekitar pukul 22.30 di salah satu rumah sakit swasta di Kabupaten Cirebon. Kondisinya tidak seperti bayi pada umumnya. Yakni tidak bisa menangis atau mengelu­arkan suara. Sang bayi pun meninggal pada Selasa sore (13/11) sekitar pukul 17.39.

Meninggalnya Muhammad Akmal Safanka didiagnosa akibat keracunan ketuban. ”Awal kontraksi Subuh dan dirawat di Puskesmas Gin­tungtengah sampai jam 4 sore. Dari situ pindah ke Pus­kesmas Gempol sampai jam 8 malam, dan dirujuk ke rumah sakit,” ujar Toefan kepada Radar Cirebon.

Di rumah sakit itulah, pe­ristiwa miris itu terjadi. To­efan menceritakan, tagihan yang harus dilunasinya pada saat itu sebesar Rp 5 juta. Ha­rus dibayarkan saat itu juga agar bisa membawa pulang jenazah anaknya. Pihak kelu­arga, kata Toefan, tak mem­punyai uang sebanyak itu. Mereka mengupayakan men­cicil dengan menyerahkan Dana awal Rp3 juta.

Pihak rumah sakit, menurut Toefan, enggan menerima uang itu dan meminta jaminan jika ingin tetap membawa pulang jenazah dengan se­gera. Pada akhirnya Toefan meminjam BPKB motor milik mertuanya dan diserahkan ke pihak rumah sakit.

”Sekitar jam 8 malam jenazah baru bisa saya bawa pulang, bersamaan dengan penyerahan BPKB yang saya pinjam milik mertua. Karena sudah malam, jenazah baru dikuburkan keeso­kan harinya (14 November, red),” ujar Toefan didampingi istrinya Muslika.

Pihak keluarga sangat me­nyesalkan kejadian itu. Toefan mengatakan sudah mengu­payakan secara maksimal untuk menutupi biaya rumah sakit. ”Namun bagaimana, saya tak punya uang lagi,” ujar Toefan yang sehari-hari ber­jualan buah kepundung itu.

Tinggalkan Balasan