NGAMPRAH– Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kabupaten Bandung Barat mewaspadai soal potensi bertambahnya korban Aids dari perilaku seks bebas. Hal itu menyusul dengan hadirnya tenaga kerja asing pada proyek PLTA Upper Cisokan di wilayah selatan yakni Cipongkor, Rongga dan Gununghalu yang berpotensi memunculkan titik-titik lokalisasi baru. Di wilayah tersebut diperdiksi akan memicu tingginya transaksi antara pekerja asing dan para pekerja seks komersial (PSK).
Ketua Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kabupaten Bandung Barat Lili Koemasdi menjelaskan, KPA akan aktif dalam mencegah dan mewaspadai penyebaran virus HIV/AIDS di wilayah tersebut. “Kemungkinan pada tahun 2019 mendatang kita akan fokus terhadap pencegahan hiv/aids di wilayah selatan ini. Sebab, kita khawatir kedatangan tenaga kerja asing pada proyek PLTA Cisokan itu akan memunculkan lokalisasi baru,” ujar Lilli di Batujajar kemarin.
Lili mengungkapkan, sosialiasi dan pencegahan penyebaran HIV/AIDS di wilayah tersebut seharusnya bisa dilakukan pada tahun 2018 ini. Namun, lantaran tidak adanya anggaran yang digelontorkan oleh Pemkab Bandung Barat sehingga fokus pencegahan di wilayah selatan tak bisa dilakukan pada tahun ini.
“Sebetulnya beberapa kali kami sudah mengajukan anggaran hibah untuk keperluan pencegahan hiv/aids, khususnya fokus di Cisokan ini. Tapi, memang sampai saat ini anggaran itu tak kunjung ada. Sehingga kami berharap tahun depan anggaran itu bisa turun ” katanya.
Dari hasil pemetaan yang dilakukan KPA sedikitnya ada 3 kecamatan yang masuk daerah rawan penyebaran HIV. Keempat daerah tersebut yakni Padalarang, Lembang dan Cipatat.
Berdasarkan data kumulatif KPA sejak 2011-2018, jumlah warga yang tertular mencapai 323 orang. Adapun hingga Juli 2018 ini ada 43 orang yang positif mengidap HIV/AIDS.
Menurut Lili, saat ini pihaknya sudah membentuk warga peduli AIDS (WPA) di setiap desa untuk mendeteksi dan mencegah di setiap desa dari penularan HIV/AIDS. “Beberapa desa saat ini sudah berdiri WPA. Selanjutnya kita targetkan agar semua desa bisa membentuk WPA. Karena sejauh ini adanya WPA sangat berperan dalam penanggulangam HIV,” katanya.
Lili menambahkan, ada empat kelompok yang rawan terkena HIV/AIDS yakni para Wanita Tuna Susila (WTS), pengguna jarum suntik, LSL (lelaki yang berhubungan seksual dengan lelaki lain), serta waria. “Beberapa kelompok ini menjadi pengawasan kami agar penyebaran virus mematikan ini tidak semakin meluas di Bandung Barat,” pungkasnya. (drx)