BANDUNG – Sebanyak 101 Siswa SMK mengikuti lomba membaca dan menulis puisi bulan Bahasa yang diinisiasi oleh Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia SMK Kota Bandung, Senin, 29 Oktober 2018. Kegiatan tersebut dipusatkan di SMKN 3 Bandung, Jalan Solontongan, kecamatan Lengkong, Kota Bandung.
Menurut Ketua Panitia Acara, Sugiharti kegiatan diselenggerakan guna memperingati Hari Sumpah Pemuda serta memupuk kembali pentingnya literasi bahasa bagi para siswa.
Selain itu merupakan proses untuk mengajak siswa mendalami literasi bahasa, khususnya bahasa Indonesia. Ini tak lepas dari ikrar sumpah pemuda yang dibacakan pada 28 Oktober 1928 silam.
”Kita maknai butir ketiga dari sumpah pemuda, yakni berbahasa satu. Jadi kita ingin mengajak siswa enggak sekedar menggunakan, namun juga mempelajari dan mendalami bahasa Indonesia,” tutur Sugiharti.
Dia juga mengatakan ini adalah kegiatan pertama yang diinisiasi oleh MGMP Bahasa Indonesia SMK Kota Bandung. ”Kemarin baru ganti kepengurusan, dan di kepengurusan sekarang ada kegiatan memperingati bulan bahasa. Jadi kami bikin inisiatif untuk melakukan lomba ini,” ucap Guru SMKN 3 Bandung tersebut.
Lewat ajang ini, masih menurut Sugiharti, siswa mampu mengekspresikan kreativitasnya lewat bahasa, sehingga ini menjadi nilai tambah bagi mereka agar terus menjunjung tinggi bahasa Indonesia. “Lewat ajang ini, siswa mampu mengekpresikan kreativitas dan emosi lewat bahasa. Ini menjadi penting untuk mereka,” katanya menambahkan.
Salah satu siswa, Sandy Septiana berujar, menjadi penting bagi siswa untuk terus mempelajari bahasa Indonesia. “Penting banget, karena tanpa kita mempelajari dan mecintai bahasa sendiri, kita enggak akan bias mencintai bahasa sendiri. Kita harus terus gunakan agar kita ingat dan bias mengenalkan bahasa kita ke bangsa lain,” tutur siswa SMKN 5 Bandung tersebut.
Siswa yang mengiikuti lomba membaca puisi tersebut bercerita, ia mulai jatuh cinta kepada dunia tersebut ketika saat duduk di bangku sekolah dasar. Saat itu ia melihat kaka kelasnya yang mampu membuatnya terpukau saat membacakan puisi di sekolah. “Awalnya nonton dan tertarik, soalnya hanya dengan membaca puisi, orang mampu mengeluarkan semua emosinya. Mulai dari sana, saya coba belajar autodidak,” tutur Sandy.