Orang Tua Siswa SDN Percobaan Cileunyi Keluhkan Sejumlah Pungutan

SOREANG – Sejumlah orang tua siwa SD Negeri Percobaan di Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung mengeluh berkait adanya sejumlah pungutan yang memberatkan mereka. Betapa tidak, sekolah negeri yang menjadi penerima Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan seharusnya membebaskan orang tua siswa dari segala biaya pendidikan itu, memungut Dana Sumbangan Pendidikan (DSP) sebesar Rp 3 juta dan iuran bulanan sebesar Rp 70.000 per bulan.

Salah seorang wali siswa SDN Percobaan sebut saja Joni (42) mengaku dirinya keberatan dengan pungutan tersebut mengingat penghasilannya sebagai pekerja swasta terhitung pas-pasan. “Gaji saya kecil, makanya saya memasukan anak ke sekolah negeri yang seharusnya gratis. Ini malah harus bayar iuran yang tidak sedikit,” ujarnya saat dihubungi, Senin (17/9/2018).

Menurut Joni, pungutan itu digadang-gadang terjadi akibat adanya kesekapatan antara orang tua siswa. Namun ia sendiri tak pernah setuju karena menilai hal itu bukanlah bentuk sumbangan atau bantuan, apalagi jumlah uang yang harus dibayarkan sudah ditentukan.

Joni berharap pemerintah Kabupaten Bandung dan aparat terkait bisa mengusut tuntas adanya pungutan di sekolah tersebut. Soalnya ia mendengar bahwa hal itu sudah terjadi selama bertahun-tahun.

Pernyataan Joni ternyata bukan isapan jempol, tidak terkecuali salah seorang guru SDN Percobaan, Aat Sumirat. Meskipun demikian, Aat berdalih jika hal itu bukanlah pungutan melainkan sumbangan. “Sumbangan itu masuk dalam Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS) dan merupakan hasil kesepakatan para orang tua siswa yang dikoordinir oleh komite sekolah,” katanya.

Aat menambahkan, sumbangan itu bermula ketika SDN Percobaan berubah dari Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional menjadi sekolah biasa seperti SD lainnya pada 2013 lalu. Sementara ketika itu, SD Percobaan sudah banyak kegiatan tambahan yang terbiasa menggunakan dana yang dipungut dari orang tua siswa.

“Waktu RSBI itu kan memang diperbolehkan untuk memungut, tetapi saat dihapuskan kami kelabakan. Kami akhirnya harus menghapus beberapa program kegiatan, namun ditolak oleh orang tua siswa,” tutur Aat.

Dari situlah, kata Aat, orang tua siswa melalui komite sekolah akhirnya sepakat untuk menggalang dana iuran untuk meneruskan pembiayaan program peninggalan RSBI. Kesepakatan serupa pun terus berlangsung hingga penerimaan peserta didik baru (PPDB) 2018. (rus/ign)

Tinggalkan Balasan