Kejayaan Kopi Cianjur Harus Kembali Bangkit

CIANJUR – Kejayaan Cianjur sebagai penghasil kopi dinilai perlu untuk kembali terulang. Oleh karena itu, para pecinta dan pemilik kedai kopi di Cianjur didorong untuk lebih mengenalkan kopi khas Cianjur.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, Cianjur menjadi pengekspor kopi pertama di Indonesia pada 1711 di masa kepemimpinan Bupati Aria Wiratanu III. Pada masa itu, kopi Priangan yang ditanam di Cianjur mendominasi pasar dunia hingga mampu menggeser kopi mocha dari Yaman. Tiga perempat kopi yang beredar di pasar dunia, disebut-sebut berasal dari Priangan dan dikenal sebagai Java Coffee.

Kopi khas Cianjur, memiliki varian yang berbeda-beda dengan cita rasa khas floral dengan ketebalan medium. Popularitasnya itu, membuat pemerintahan VOC saat itu tertarik. Pemerintah Cianjur kemudian mengirimkan 4000 kilogram kopi yang menjadi ekspor pertama di Indonesia dan menjadi yang ketiga di tingkat dunia.

”Peristiwa bersejarah itu, yang kami rasa perlu diulang lagi diawali dengan membangunkan perkopian lokal Cianjur. Adanya ekspor, bisa menjadi bukti kalau kopi daerah kami ini juga punya kualitas,” kata Ketua Tjiandjoer Koffie Club, Taofik Prayogi kepada wartawan, belum lama ini

Dia mengatakan, selama ini perkopian Cianjur berada pada kondisi tidur tidak tapi bangun pun tidak. Hal itu, tidak disangkal karena persaingan yang terjadi pada industri kopi masa kini yang membuat si hitam asli Cianjur cukup tersaingi perkembangannya.

Oleh karena itu, kejayaannya perlu dikembalikan dengan ngamumule kopi Cianjur yang memiliki banyak varian itu. Apalagi, saat ini kopi tengah menjadi tren yang digandrungi terutama oleh kalangan muda.

Dia pun memulainya dari kalangan atas di tingkat pemerintahan maupun legislatif. ”Perlu dimulai dari kalangan atas, supaya mereka mengenal, mulai menikmati, dan terbiasa mengonsumsi kopi daerah sendiri,” kata dia.

Setelah memperkenalkan pada kalangan atas, Dia dan sesama pecinta kopi pun bergerak lebih masif ke tingkatan selanjutnya. Kaula muda dan pemilik kedai menjadi sasaran yang diharapkan dapat terbuka dengan keberadaan kopi lokal. Ia mengusahakan, agar masyarakat lokal dapat mengonsumsi kopi daerah mereka sendiri.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan