”Kami mendesain pembelajaran yang lebih intens antara widyaiswara dengan para peserta, di antara keduanya setara, sama-sama sebagai sumber belajar. Makanya kami yakin setelah selesai diklat ini akan lahir pemimpin sekaligus agen perubahan yang mampu mengakselerasi pemenuhan kebutuhan masyarakat,” papar Yonatan.
Sementara itu, Salah seorang peserta, Dudi Prayudi mengaku memperoleh banyak manfaat dari RLA tersebut. Ia belajar kemampuan sinergitas dengan melihat sesuatu dari berbagai aspek. Ketika melihat sebuah masalah harus dari berbagai sudut pandang, bisa jadi apa yang dilakukan dari satu sisi tidak masuk logika, tapi ketika dilihat dari sisi lain jadi berbeda.
”Dalam diklat ini kami merumuskan konsep yang nantinya diimplementasikan dalam reformasi birokrasi terkait ease of doing business karena peringkat Indonesia saat ini 72 dan kita sedang berusaha menaikkan peringkat menjadi 40,” katanya.
Dudi melanjutkan, ”Sasaran utamanya kaum milenial, sebagaimana tren saat ini, selain karena mereka kaum kreatif. Mereka perlu didorong agar kemauan berwirausaha juga tinggi, tidak bisa mengandalkan lapangan kerja yang ada.” (ksd/azu)