BANDUNG – ‘Jangan nilai orang dari penampilannya,’ itulah pepatah yang tepat disematkan kepada siswa berkebuhutan khusus. Meski digolongkan sebagai siswa yang memiliki kekurangan baik secara fisik ataupun mental, namun potensi dan kemampuan yang mereka punya setara, bahkan melebihi siswa pada umumnya.
Menurut Guru SLBN Centra 2 PKPLK Kota Cimahi, Firly Ratna Fauzia mengatakan seluruh siswa pasti memiliki keahlian tersendiri, tak terkecuali siswa berkebutuhan khusus. “Mungkin secara koginitf kalah, namun dari psikomotorik, daya kreativitas mereka enggak kalah,” ucapnya dalam rangkaian Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) Tingkat Provinsi Jawa Barat 2018, beberapa waktu lalu.
Ini merujuk pada prestasi yang diraih oleh siswa berkebutuhan khusus, baik ditingkat daerah, nasional maupun internasional. Menurut Firly, jika diasah dengan tepat, potensi siswa bekebutuhan khusus akan berkembang dengan baik.
Hal senada pun diungkapkan oleh Guru SLB Al Hikmah Padalarang, Asep Saepudin. Dia menilai, siswa berkebutuhan khusus memiliki keahlian tak kalah dari para siswa. Bahkan, dari kekurangannya tersebut dapat didapati kelebihan dengan pendampingan dari pihak sekolah.
”Siswa yang tunarungu misalnya, saat mereka melukis, mereka akan lebih fokus dalam proses pengerjaanya, juga dalam bidang tari, siswa yang tunarungu dapat mengandalkan getaran suara agar gerakannya selaras dengan musik,” ujar Asep ditempat yang sama.
Seniman Lukis, Yusuf Efendi menilai tak ada perbedaan antara siswa berkebutuhan khusus dengan siswa pada umumnya, karena dari prespektif seni, kreativitas seseorang pasti memiliki ciri khasnya masing-masing. Dia juga tak menampik jika kekurangan mereka bisa dirubah menjadi kelebihan.
”Iya bisa saja mereka, siswa tunarungu bisa lebih fokus saat melukis karena kita mencoba memahami posisi mereka,” tutur Juri Melukis di FLS2N itu.
Menurut Wakil Kepala Sekolah SD Muhammadiyah VII Kota Bandung, Mulyanti menuturkan agar dipati potensi yang mereka miliki, guru harus menemukan metode pembelajaran yang tepat disekolah. Salah satunya adalah mengetahui latar belakang siswa, baik itu tentang kepribadiannya, keseharianya juga bahkan keadaan keluarganya.
”Beberapa siswa yang saya ajar, ternyata mereka membutuhkan afeksi lebih dari guru karena keadaan dirumah. Hal seperti ini penting dalam proses pengembangan potensi anak,” tutur Mulyanti. (naf/azu)