JAKARTA – Dukungan Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono ke Ketum Partai Gerindra, Prabowo Subianto masih belum final untuk disebut sebagai kesepakatan koalisi.
”Itu baru pembicaraan pendahuluan,” ujar Sekjen PPP, Arsul Sani, kemarin (31/7).
Arsul memandang apa yang disampaikan SBY masih sangat mungkin untuk berkembang. Belum ada kepastian atau ketegasan dari Demokrat.
Salah satu parameter yang membuat pembicaraan Demokrat dan Gerindra masih dinamis, kata Arsul, kedua partai itu masih belum ada kesepakatan soal siapa capres dan cawapres.
”Karena kan Demokrat ini belum tentu sepakat, misalnya oke semuanya kita serahkan ke Pak Prabowo soal cawapres, kan belum begitu,” jelasnya.
Sambung Arsul, contoh kesepakatan terbentuknya koalisi itu seperti partai politik pendukung capres petahana Joko Widodo. ”Beda dengan yang enam (parpol koalisi Jokowi), kan sudah mengatakan silakan Pak Jokowi memilih dan mengumumkan, bedanya kan di situ,” tukasnya.
Sementara itu menurut pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lili Romli menyebutkan pematangan koalisi pendukung Prabowo tidak akan mulus karena selain Demokrat, masih ada PKS yang mengajukan nama kadernya untuk jadi cawapres.
”Masing-masing partai punya calon, pembahasan koalisi pasti akan alot,” kata Lili di Jakarta, kemarin (31/7).
Jika menghitung secara politik, peluang Partai Demokrat lebih terbuka mengajukan Agus Harimurti Yudhoyono sebagai cawapres Prabowo. Pasalnya, AHY sudah populer, elektabilitasnya cukup tinggi, dan punya modal logistik kuat dari Partai Demokrat.
Meski demikian, hal itu akan menimbulkan friksi dengan PKS yang setia berkoalisi mendukung Prabowo sejak Pilpres 2014. Apalagi PKS ngotot kadernya jadi cawapres pada Pilpres 2019. Sekretaris Jenderal PKS Mustafa Kamal menyatakan partainya punya segudang kader mumpuni untuk diajukan menjadi capres atau cawapres.
Sejak jauh hari, PKS sudah menyiapkan sembilan nama untuk jadi cawapres Prabowo pada Pemilu 2019. Namun hingga kini Prabowo belum memilih nama cawapres dari daftar yang diajukan PKS.
”Ini kan pertimbangannya cottail effect. Mencari figur yang bisa menambah elektabilitas Prabowo untuk mengimbangi elektabilitas tinggi Pak Jokowi,” ujar Lili.