NGAMPRAH– Sebanyak 10.487 bayi berusia antara 0-59 bulan di Kabupaten Bandung Barat yang terindikasi mengalami stunting atau bertubuh pendek/kerdil. Data itu berdasarkan dari hasil temuan langsung di lapangan pada kegiatan Bulan Penimbangan Balita 2017 yang dilakukan pada bulan Agustus di 165 desa oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat.
Kadinkes Kabupaten Bandung Barat Hernawan Widjajanto menyebutkan, angka tersebut setara dengan 7,67% dari jumlah balita yang ada. Yaitu sebanyak 139.062 anak dan yang menjalani proses penimbangan berjumlah sebanyak 136.735 anak. Setiap tahun Bulan Penimbangan Balita ini digelar setiap bulan Agustus, sehingga bulan depan kegiatan ini kembali dilakukan untuk mengetahui berapa penderita terbarunya. “Berdasarkan angka tren penderitanya terus menurun dari asalnya 11% kini menjadi hanya 7,67%,” kata Hernawan, kemarin.
Dia menyebutkan, KBB diamanatkan oleh pusat untuk melakukan prioritas penanganan stunting ini di 10 desa. Yakni Desa Sindangkerta, Jatimekar, Tanjungwangi, Patarumam, Cipatik, Jati, Saguling, Ciburuy, Cimerang, dan Desa Ciptagumati. Dipilihnya desa-desa itu karena jumlah peserta stuntingnya cukup banyak. Sehingga ada lima desa di antaranya yakni Desa Sindangkerta, Jatimekar, Tanjungwangi, Patarumam, dan Cipatik, yang mendapatkan bantuan penanganan dari luar negeri dalam bentuk kegiatan.
Dijelaskannya, stunting bisa dilihat dari penampilan luar ketika ada anak di bawah usia 10 tahun yang tingginya tidak normal atau tidak sama dengan anak seusianya. Kondisi itu bisa terjadi karena faktor lingkungan dan perilaku keluarga serta masyarakatnya. Misalnya asupan gizi yang kurang, pola hidup yang tidak sehat, aksea air bersih yang kurang, dan lainnya. Sementara faktor genetika atau keturunan hanya berkontribusi sebesar 5% terhadap penyebab stunting.
Terpisah Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) KBB Asep Wahyu menyatakan, pihaknya turut melakukan intervensi dalam menanggulangi persoalan stunting. Selain oleh Dinkes penanganan stunting memerlukan dukungan dari berbagai institusi lainnya, karena persoalan ini saling keterkaitan mulai dari kesehatan, pendidikan, lingkungan, wawasan, dan perilaku ibu hamil. “Kalau di kami penanganannya biasanya melalui kader-kader yang ada di kelompok Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja, dan Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja,” ucapnya.