”Persoalan kebersihan kandang dan pembangunan dinding penahan serta pemanas ruangan disaat cuara ekstream. Di Jabar saat ini turut memengaruhi naiknya harga ayam dan telur,” katanya.
Lanjutnya, minggu depan waktu panen ayam yang merupakan hasil pembibitan pasca lebaran yang harga pakan masih tinggi maka diprediksikan harga ayam dan telur sampai Juli ini akan tetap bertahan naik.
”Besok kan panen, tetapi kandang yang kemarin waktu lebaran kan dikosongin dulu karena libur, lebaran dulu seminggu. Kemudian masuk ayam yang waktunya 30 atau 32 hari tergantung berat badan yang harga pakannya masih tinggi, sehingga yang panen saat ini pun pasti masih mahal,” ujarnya.
Sehingga dia menganggap wajar apabila harga ayam di tingkat peternak meningkat dari Rp 21 ribu perkilogram menjadi Rp 24-25 ribu, dan saat masuk broker bisa sampai kisaran Rp 29 ribu dan harga pasar menjadi Rp 40 ribu per kilogramnya.
Faktor sama terjadi pada meroketnya harga telur yang sampai saat ini tembus diharga Rp 28 ribu. Salahsatunya karena harga pakan yang terkerek naik akibat menguatnya dolar terhadap rupiah saat ini.
”Telur sama, karena Jabar merupakan daerah konsumen bukan produksi. Kita ambil dari Blitar dan darisana harganya sudh mahal jadi disaat harga telur di sana Rp 28 ribu sampai di Jabar bisa sampai Rp 29-30 ribu,” tambahnya.
Meskipun ada beberapa daerah di Jabar menjadi sentra produksi telur seperti Ciamis tetapi tetap saja tidak bisa mencukupi permintaan telur di Jabar yang cukup tinggi. Sehingga, Jabar lebih banyak dipasok dari Blitar dan wilayah Jawa Tengah lainnya. (mg2/ign)