Belajar Merakit Shukoi dari Bule Kampung

Kedatangan Tiga Pesawat Shukoi, merelakan dirinya melepas kebahagian bersama keluarga. Pemandangan menakjubkan dia alami manakala bagian belakang pesawat kargo Ilyusin terbuka. Pada proses Unloading pesawat berbadan besar itu ternyata dapat masuk dalam tubuh pesawat kargo.

Yayan Agustianto, Bandung

HARI itu mendekati Idul Fitri. Sejumlah persiapan seperti pada umumnya dalam menyambut lebaran sudah dipersiapkan. Sayangnya kebahagian berkumpul bersama keluarga yang dinanti-nantikan Mayor Tehnik Heri Heryadi hanya sebatas mimpi. Sebab, kebersamaan dengan anak dan istri tercinta di hari bahagia itu pupus sudah. Panggilan negara harus segera dilaksanakan.

Kabar kedatangan tiga unit pesawat tempur Shukoi tahap ke dua sampai ditelinganya, bahkan seketika itu juga dia ditunjuk langsung petinggi TNI AU sebagai Liaison Officer (LO) yang mengakomodir seluruh kebutuhan teknisi dari Rusia.

”Saya waktu itu berdinas di Ujung Pandang. Pada 2011 diberikan tugas sebagai supervisi untuk menyambut kedatangan tiga unit pesawat Shukhoi,” ucap Heri ketika ditemui di kediamannya Jalan Otter, Komplek Auri Sukaraja, Gunungbatu, Kota Bandung.

Meskipun mengaku lupa tanggal pastinya, saat itu tepatnya September 2011 kedatangan pesawat pesawat kargo Ilyusin tipe 54-E200 milik Rusia sudah lama dinantikan semenjak keberangkatannya dari wilayah Kabarov Siberia.

Ketika pesawat angkut super jumbo ini tiba di Ujung Pandang, pemandangan menakjubkan terlihat ketika bagian belakang pesawat Ilyusin terbuka. Sebab, pada proses Unloading pesawat Shukoi yang berbadan besar dapat masuk dalam tubuh pesawat kargo tersebut.

”Jadi ini sih pesawat naik pesawat, ini juga menunjukkan kemampuan dan keandalan teknologi Rusia dalam melakukan pengiriman sangat baik,” ujar pria yang pernah merestorasi helikopter milik Bung Karno itu.

Kedatangan pesawat dengan bobot total 16.380 kilogram ternyata tidak dalam bentuk utuh, melainkan dikemas perbagian pesawat dalam bentuk Knock Down. Sehingga, harus dirakit ulang yang terdiri badan pesawat, sayap, stabilizer dan asesoris lainnya.

Perwira prajurit karir angkatan 1998 ini mengatakan, tugas sebagai LO ketika pesawat unloading menjadi tantantangan tersendiri. Sebab, dari 12 teknisi Rusia yang datang ternyata tidak ada satupun dari mereka yang lancar menggunakan bahasa Inggris. Namun, satu orang teknisi yang bernama Kapten Alexei bisa berbahasa Inggris meski tidak begitu fasih.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan