Produksi Stroberi Terus Menurun

SOREANG – Produksi pertanian tanaman Stroberi di kawasan Kecamatan Pasirjambu dan Ciwidey Kabupaten Bandung saat ini mengalami penurunan sejak satu tahun terakhir.

Ketua Kelompok Tani Barokah Tani Agro Desa Sugihmukti Kecamatan Pasirjambu, Riswan menuturkan, Di desa Sukaresmi di Kecamatan Rancabali yang merupakan sentra produksi pertanian stroberi sebelumnya memiliki luas lahan kurang lebih 400 hektar dengan produksi puluhan ton perharinya.

Menurutnya, penurunan produksi hasi pertanian stroberi ini disebabkan oleh semakin banyaknya alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan wisata. Bahkan, faktor cuaca yang kurang mendukung memperparah produktivitas hasil pertanian stroberi.

Di kebun milik saya sebelumnya mencapai 1 ton perhari, kini hanya tersisa 300 kilogram atau menurun 75 persen dari sebelumnya,” jelas Riswan ketika ditemui kemarin. (9/7).

Dia menilai, kondisi penurunan ini terjadi hampir merata. Bahkan, di Pasirjambu dan Ciwidey sejak setahun terakhir ini terus merosot produksinya.

Sedangkan, untuk jenis stroberi yang menurun produktivitasnya adalah varietas Early Bright. Sedangkan varietas California masih bisa bertahan dibudidayakan di kawasan Pasirjambu dan Ciwidey. Namun varietas California memiliki rasa dibawah varietas Early Bright.

Sementara itu, aktivis pertanian Pacira, Dede Badru Munir mengakui, saat ini terjadi pergeseran sentra stroberi di kawasan tersebut. Semula kawasan Pasir Jambu, Ciwidey, Rancabali dikenal sebagai sentra stroberi.

Menurutnya, di Desa Sukaresmi banyak lahan tidur yang kini ditanami stroberi. Lahan tidur ini merupakan milik perkebunan dan ada juga milik masyarakat. Sebab, tanah baru biasanya subur jadi hasilnya bagus.

Di Desa Sukaresmi ini ada sekitar 200 hektar dengan produksi perhari sekitar 10 ton, hasil produksi diserap oleh para pedagang, pengepul dan juga dipasarkan ke berbagai pasar modern,” kata Dede.

Dede mendesak Pemerintah Kabupaten Bandung, segera melakukan langkah penyelamatan. Sebab, jika dibiarkan, para petani stroberi yang jumlahnya lebih dari seribu orang di dua kecamatan itu terancam kehilangan mata pencaharian.

“Pacira itu kan sudah lama terkenal sebagai sentra pertanian stroberi. Dan menjadi kebanggaan pemerintah, tapi lihat dong kondisi saat ini, produktivitasnya terus menurun,” tutup Dede. (rus/yan)

Tinggalkan Balasan