Ngaji 1 Juz Gratis Berobat atau Bayar Pakai Botol Bekas

***Konsistensi Sedekade Dokter Yusuf Nugraha Berbagi kepada Warga Tidak Mampu
Gratis Berobat dengan Ngaji 1 Juz atau Bayar Pakai Botol Bekas

Selain subsidi silang untuk membantu pasien tidak mampu, lewat kliniknya Yusuf Nugraha mengadakan program berbagi pangan untuk tunawisma dan pengolahan plastik yang digawangi para ibu. Bermula dari ruangan 3 x 2 meter dan uang Rp 700 ribu.

TRI MUJOKO BAYUAJI, Cianjur

BEGITU selesai diperiksa, si pasien langsung merogoh kantong bajunya yang tampak lusuh. Terlihatlah selembar Rp 50 ribu yang hendak dibayarkan kepada Yusuf Nugraha.

Yusuf, dokter sekaligus pemilik Klinik Harapan Sehat di Cianjur, Jawa Barat, itu, menolak dengan halus. Sebab, sedari awal berdiri, klinik tersebut memang diniatkan untuk memberikan pengobatan gratis bagi warga tidak mampu.

Tapi, respons sang pasien mengagetkan Yusuf. ”Dia bilang, saya sudah kumpulkan uang selama berminggu-minggu, uangnya sudah terkumpul, dan saya mampu,” ujar Yusuf menirukan pasien itu.

”Tamparan” tersebut langsung menyadarkan Yusuf. Tetap perlu seni tersendiri untuk merealisasikan niat baik. Dari sana lahirlah ide mengganti pembayaran bagi warga tidak mampu dengan bacaan satu juz Alquran.

Responsnya ternyata bagus. Begitu pula halnya ketika, hasil diskusi Yusuf dengan sang istri Dewi Kartika Sari, disodorkan alternatif lain: berobat dengan membayar botol bekas. Hingga tak terasa klinik di Desa Sukasari, Kecamatan Cilaku, itu telah berusia 10 tahun sekarang. Sudah berkembang jauh dalam segala hal. Termasuk bangunan.

Yusuf telah memperluas klinik tersebut ke depan di bagian resepsionis, bagian rawat jalan, hingga belakang rumah dengan membeli lahan tetangga. Total menempati lahan sekitar 1.000 meter persegi. Tenaga medisnya pun sudah bukan Yusuf sendiri. Sang dokter juga memiliki 50 karyawan.

Padahal, kali pertama berdiri pada 2008, klinik itu hanya menempati ruangan 3 x 2 meter di salah satu kamar rumah kakak Yusuf di desa kampung halamannya. ”Waktu itu karyawannya cuma saya sendiri, istri, ibu saya, dan satu karyawan obat,” ungkap dokter 36 tahun lulusan Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi tersebut.

Yang tak pernah berubah adalah komitmen membantu warga tidak mampu. Komitmen yang lahir dari kondisi masa kecil Yusuf sekeluarga. Setelah ayah dan ibunya bercerai. Ketika Yusuf, anak bungsu di antara lima bersaudara, masih berusia 5 tahun.

Tinggalkan Balasan