Makan Bersama Beralaskan Daun Pisang dengan Menu Khas Sunda 

Sudah menjadi tradisi umat Islam di Indonesia dalam menyambut bulan suci Ramadan kerap menggelar munggahan. Hal itu juga dilakukan di Kabupaten Bandung Barat dengan sebutan Papajar sekaligus makan bersama atau dikenal dengan botram. Seluruh pejabat di lingkungan Pemkab Bandung Barat tampak menikmati makan bersama yang digelar menggunakan tikar dan menu makanan di simpan dengan alas daun pisang.

Laporan Hendrik Kaparyadi, KBB

Untuk menu makanan bermacam-macam, namun rata-rata jenis makanan yang dihidangkan nasi dengan lauk pauk, lalaban serta sambal terasi. Bahkan ada di antaranya yang menyajikan nasi liwet komplit, plus goreng jengkol khas masakan Sunda. Menyaksikan makanan tersebut, membuat perut keroncongan. Padahal jam baru menunjukkan pukul 09.00. Sebenarnya bukan saatnya makan siang, tapi karena goreng ikan asin serta sambal terasi sudah tersedia, maka makanan itu disantap dengan nikmat oleh jajaran ASN.

Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Bandung Barat, Yayat T. Soemitra didampingi istri, Dwina Candraasih ikut menikmati hidangan tersebut. Bersama sejumlah para Kepala SKPD, Yayat dan Dwina begitu ceria sambil mengajak seluruh yang hadir menikmati makanan tersebut.

Menurut Yayat, makan bersama ini merupakan tradisi umat Islam dalam menyongsong bulan suci Ramadan 1439 H. “Makan bersama ini kami namakan Papajar. Artinya sama dengan munggahan seperti di daerah lain,” kata Yayat di Ngamprah, kemarin. Dalam kesempatan tersebut, Yayat juga mengutip sebuah hadits, dalam menyambut bulan yang penuh berkah ini, hendaknya disambut dengan suka cita. Selayaknya suasana religius itu, diawali dengan kegembiraan. Melalui makan bersama atau dalam istilah Sunda, botraman menunjukkan betapa bahagianya umat Islam menyambut Ramadan.

Yayat berharap,  tradisi Papajar hendaknya tetap dilestarikan oleh masyarakat KBB. Meskipun zaman telah berubah dengan perkembangan era baru, memungkinkan tradisi tersebut bakal punah. “Kegiatan seperti ini harus dipertahankan karena merupakan ciri khas Bandung Barat. Kami juga tampak senang karena bisa makan bersama sambil berdiskusi untuk pembangunan Bandung Barat yang lebih baik ke depannya,” terangnya.

Yayat juga meminta, seluruh ASN yang hadir agar tetap beraktivitas normal selama Ramadan nanti. Jadikan aktivitas di bulan Ramadan sebagai amal baik sehingga tidak ada rasa malas dalam melayani masyarakat. “Harus berjalan normal, pelayanan maksimal dan tidak boleh jadi malas. Namun harus semangat dijadikan sebagai amal baik,” pungkasnya. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan