BANDUNG – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Barat meluncurkan aplikasi untuk membantu para penyandang disabilitas. Aplikasi itu menurut Komisioner KPU Jabar Divisi Perencanaan dan Data, Ferdhiman Bariguna untuk melindungi hak memilih.
Dikatakan dia teknologi yang ada pada aplikasi tersebut juga mampu mengonversi bahasa lisan ke tulisan atau bahasa isyarat ke tulisan dan bahasa tulisan ke isyarat.
Adanya Aplikasi itu penyandang disabilitas akan terbantu dan bisa menggunakan hak pilihnya pada Pilgub 27 Juni mendatang.
“Aplikasi ini akan dilengkapi standardisasi TPS. Misalnya menyediakan kursi roda atau surat suara berhuruf braille seperti yang sudah disiapkan,” kata Ferdhiman di sela acara penyerahan hadiah bagi pemenang kompetisi pembuatan aplikasi simulasi Pilgub Jabar untuk tuna rungu yang diselenggarakan atas kerjasama KPU Jabar dengan Universitas Telkom di Hotel Ibis Jalan Asia-Afrika Bandung, kemarin (24/4).
KPU Jabar juga menjalin kerjasama dengan Unikom terkait pembuatam aplikasi untuk tunanetra. Penanggungjawab lomba, Catur Nugroho menjelaskan perlombaan diikuti 22 peserta dari seluruh Indonesia. Setelah melalui seleksi administrasi dan proposal akhirnya ditetapkan lima besar. ”Mereka berasal dari Yogya, Surabaya, Bogor, dan Bandung,” sebutnya kegiatan ini juga melibatkan Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia) Jawa Barat.
Terpisah komisioner KPU Jabar Endun Abdul Haq berharap pemilih pemula dapat bersikap kritis dalam menyikapi Pilgub 27 Juni mendatang. Sikap kritis itu, kata dia ditunjukkan dengan mencari tahu calon pemimpin, mencermati visi dan misinya, menjadi pionir penangkal hoax, menggunakan hak pilih, dan mengawasi kinerja pemimpin terpilih.
Menurut dia, peran pemilih pemula akan berpengaruh terhadap kepemimpinan dan pembangunan Jawa Barat lima tahun mendatang. Oleh karena itu, dia menawarkan catur ajakan kepada pemilih muda, yakni: tidak menjadi penonton pada Pilgub 2018 dan Pemilu Serentak 2019, menjadi pemilih rasional, berada di barisan terdepan dalam menangkal berita bohong, dan menyampaikan informasi kepemiluan kepada orang-orang terdekat.
Perlunya sikap kritis juga disampaikan Hasbi Rofiki yang mewakili Center for Election and Political Party (CEPP) Universitas Indonesia. Sikap kritis diperlukan pemilih pemula, khususnya saat menghadapi infiltrasi di media-media sosial. ”Perlu sikap cerdas dan kritis saat menghadapi situasi seperti itu,” sebut Hasbi.