Anak Rentan Alami Kekerasan

GARUT – Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2KBP3A), menyatakan, anak di Kabupaten Garut sangat rentan terhadap tindakan kekerasan.

Berdasarkan informasi, dari Januari hingga April 2018, tercatat, di Kabupaten Garut terjadi 13 kasus kekerasan terhadap anak. Laporan itu masuk ke Dinas P2KBP3A Kabupaten Garut. Dari keseluruhan kasus kekerasan tersebut, didominasi oleh pencabulan dan pelecehan oleh orang tua maupun orang terdekat.

Kepala Bidang Perlindungan Anak Dinas P2KBP3A Kabupaten Garut, Rahmat Wibawa, mengatakan, tindakan kejahatan ini terjadi karena Garut memiliki jumlah penduduk mencapai 2,5 juta orang. ”Semakin banyak orang, maka sangat rentan terjadi kekerasan,” kata Rahmat di Kantor Dinas P2KBP3A Kabupaten Garut, Jalan Cimanuk, Kabupaten Garut, Kemarin (18/4).

Faktor lain yang menyokong terjadinya kekerasan pada anak, Garut yang memiliki 42 kecamatan dan memiliki luas 3.704 kilometer persegi, membuat kejahatan tersebut mudah terjadi karena sulitnya pengawasan dari dinas terkait. ”Ini dibentuk oleh karakteristik alam dan geografis Garut,” katanya.

Rahmat menambahkan, selain faktor eksternal yang telah disebutkan, faktor pendidikan dan ekonomi rendah pun kerap ditenggarai sebagai pemicu kekerasan terhadap anak. ”Pemahaman ketahanan keluarga belum merata secara menyeluruh di masyarakat,” kata Rahmat.

Belum lama ini, Polres Garut berhasil menangkap seorang ibu muda di Kabupaten Garut tega menganiaya seorang bayi yang baru saja lahir hingga tewas. Tersangka berinisial TN (25) warga Kampung Cibancong, Desa Cimahi, Kecamatan Caringin, Kabupaten Garut, mengaku telah membunuh bayi kandungnya sendiri yang diketahui berjenis kelamin laki-laki.

Berdasarkan informasi, pada 12 April 2018, TN merasakan kontraksi pada kandunganya dan lalumelahirkan bayi tersebut secara normal tanpa bantuan bidan ataupun tenaga medis. Setelah berhasil lahir, kemudian TN menjarat bagian leher bayi menggunakan celana dalam hingga tewas, lalu bayi tersebut dibalut menggunakan kain hitam dan dimasukan ke dalam plastik hitam.

Kemudian, setelah bayi tersebut dibungkus, lantas TN membersihkan diri untuk menghilangkan noda darah pascalahiran dan mengganti pakaian. TN bercerita, setelah membersihkan diri kemudian kembali mengambil kantung plastik tersebut dan selanjutnya membawa kantung tersebut, lalu disimpan di sisi sungai.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan