Robert Lai menjemput saya di bandara Changi. Meski duduk paling depan saya menjadi penumpang terakhir yang keluar dari bandara. Ini karena saya tidak bisa berjalan cepat.
Bahkan saat keluar dari pintu pesawat, di dalam lorong garbarata, saya harus berhenti tiga kali. Posisi garbaratanya agak naik. Maklum pesawat yang saya naiki jenis 737 yang lebih rendah dari posisi terminal.
Baru sekali ini saya merasakan beratnya nafas. Jalan beberapa langkah harus berhenti. Istri saya memang melarang saya pergi sendirian dalam kondisi sakit.
Tapi saya ngotot tidak perlu ada yang menemani. Toh begitu keluar bandara sudah ada Robert Lai. Yang mampu mengurus semua keperluan. Pendamping saya nanti hanya akan menambah beban. Terutama beban untuk Robert.
Sepanjang jalan di terminal menuju imigrasi saya terus disalip penumpang lain. Untungnya banyak yang minta foto bersama. Lumayan. Saya bisa berhenti lagi dan berhenti lagi dengan alasan lagi berpose. Padahal sebenarnya saya memang ingin berhenti.
Saya paksakan tersenyum di depan kamera. Mereka tidak tahu tersiksanya dada ini.
Robert sudah menunggu di luar. Saat menuju tempat parkir mobilnya, saya tertinggal jauh di belakangnya. ”Dengan jalan seperti ini kamu terlihat begitu tuanya,” katanya berseloroh.
Dia tidak tahu saya benar-benar menderita. ”Benar-benar sakit ya?” tanyanya. Lalu merebut tas saya untuk dia bawa. Biasanya saya memang berjalan lebih cepat dari Robert.
Kami langsung menuju rumah sakit Katolik Mount Alvernia. Dokter Wong dan anaknya, dokter Mark Wong, sudah menunggu.
Keduanya ahli pencernaan. Dokter langsung melakukan pemeriksaan. Dan memberitahukan bahwa besok pagi saya harus siap menjalani indoskopi. Saya ceritakan hasil pemeriksaan di Madinah: jantung saya prima. Sudah lima hari tidak bisa kentut dan pup.
Pemeriksaan pun fokus ke pencernaan. Saat pemeriksaan itulah dia curiga. Perut saya tidak segawat penderitaan saya. Tekanan darah saya tinggi: 165/95. ”Lakukan CT scan saja dulu. Kok ini mencurigakan,” katanya.
Dokter Wong minta seorang ahli jantung datang ke RS. Namanya James Wong, untuk ikut melihat hasil CT scan. ”Langsung masuk ICU!,” ujar James Wong setelah membaca hasil CT Scan. ”Kenapa?” tanya saya. ”Nanti saja saya jelaskan. Masuk ICU dulu,” perintahnya pada perawat.