Sulitnya Upaya Penyelamatan Buaya Berkalung Ban di Palu

Penyelamatan buaya berkalung ban di Palu, Sulawesi Tengah, ternyata bukan upaya mudah. Banyak hal yang membuat tim penyelamat sulit mengevakuasi buaya malang itu. Padahal, operasi dilakukan siang dan malam. Di dunia nyata hingga dunia maya.

GUNAWAN SUTANTO, Palu

Jumat, 26 Januari 2017. Jarum jam menunjuk pukul 04.02 Wita. Tapi, pesan di grup WhatsApp yang dibuat Jawa Pos Group masih aktif. Laporan-laporan pandangan mata dari anggota komunitas reptil di Palu terus masuk.

”Posisi buaya sangat dekat di depan kita, sekitar 3 meter dari jarak kita. Andai pipanya panjang, mungkin bisa langsung diulur. Tangan sampai gatal mau nangkap,” tulis M. Gunanta Putera.

Gunanta merupakan salah seorang pentolan komunitas reptil di Palu. Dia sudah lama mengenal Panji Petualang dari jejaring hobi yang sama. Sejak hari pertama operasi penyelamatan buaya berkalung ban Minggu (21/1), Gunanta dan para anggota komunitas reptil Palu memang memberikan dukungan yang luar biasa. Mereka mengambil tugas mengobservasi keberadaan buaya berkalung ban.

Apa yang terjadi pada buaya berkalung ban memang tak seperti foto atau video yang beredar selama ini. Dalam foto atau video yang sudah viral beredar, buaya itu sepertinya gampang dievakuasi. Sebab, keberadaannya yang ada di pinggir sungai. Atau sedang mengapung di perairan dangkal.

Foto dan video yang beredar itu memang bukan hoax. Tapi, kebanyakan diambil secara candid atau diam-diam. Kalau yang sebenarnya terjadi, buaya tersebut sangat jarang menampakan diri ketika banyak orang. Terlebih, buaya itu kini mulai stres. Penyebabnya, ketika operasi hari pertama dilakukan, ratusan orang berdatangan melihat.

Mereka antusias melihat buaya yang nongol di reruntuhan jembatan, sekitar Jembatan II Sungai Palu. Juga, sekaligus ingin menyaksikan dari dekat aksi Muhammad Panji atau Panji Petualang yang sempat diisukan meninggal dunia. ”Eh…kok tahu Panji masih hidup”.

Jawa Pos Group memang mengajak Panji Petualang bersama-sama melakukan upaya penyelamatan buaya berkalung ban. Sebab, isu yang berembus di dunia internasional, masyarakat Indonesia seolah membiarkan buaya itu tersiksa karena jeratan ban. Sejak operasi hari pertama itulah, buaya sudah enggan lagi ke sungai. Satwa yang memiliki nama latin Crocodylus porosus itu memilih pindah ”rumah” di sekitar Pantai Talise. Penangkapan di pantai tentu jauh lebih susah bila dibandingkan dengan di sungai.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan