Ipah mengungkapkan, dirinya bersama warga lain membutuhkan waktu hampir 2 jam lamanya hanya untuk mendapatkan air sebanyak 10 ember kecil. Hal itu disebabkan air yang mengalir sangat kecil. Dia mengaku, air tersebut digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi, dan masak.
Atikah, 60, warga lainnya juga mengaku membutuhkan air bersih untuk keperluan sehari-hari termasuk minum. Bahkan dirinya harus bisa memanfaatkan air yang dia ambil sehemat mungkin.
”Kalau yang banyak uang sih bisa aja beli buat minum. Lah saya buat makan sehari-hari saja susah. Ya sekarang mah diirit-irit aja,” katanya.
Sementara itu ditemui terpisah, Kepala Humas PDAM Tirta Raharja Dadang Supriadi mengaku, kurangnya air bersih yang tersalurkan kepada para pelanggan PDAM Tirta Raharja itu disebabkan karena adanya penurunan kapasitas debit air baku yang ada di Situ Lembang ke sungai Cijanggel.
”PDAM Tirta Raharja hanya bisa mengolah air 62 liter per detik dari kapasitas 176 liter per detik. Saat ini kita melayani pelanggan Cimahi kurang lebih 15.840 sambungan rumah, terbagi tiga kecamatan. Yang paling terdampak adalah wilayah selatan,” katanya, kemarin.
Dengan berkurangnya debit air ini, Dadang menuturkan, otomatis akan berpengaruh terhadap tingkat pelayanan pelanggan. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, pihaknya harus melakukan penjadwalan dalam mengalirkan air.
”Yang biasa mengalir 24 jam, sekarang terpaksa dibagi-bagi, terutama di wilayah barat dan timur. Sedangkan wilayah yang sulit dijangkau secara teknis kita melakukan bantuan melalui tengki. Kita drop ke beberapa wilayah, kita siapkan 4 armada,” tuturnya.
Dadang menjelaskan, untuk masyarakat yang meminta droping dengan menggunakan tanki bisa langsung ke kantor pelayanan di tempat biasa melakukan pembayaran. Setelah itu pihak PDAM akan melakukan penjadwalan pengiriman.
”Hampir dua minggu ini terjadi antrean. Kami standbye selama 24 jam untuk melayani masyarakat, ada satpam yang jaga. Bagi pelanggan bisa memperlihatkan bukti pembayaran,” pungkasnya (yan/yul/ziz/rie)