”Kenapa di luar negeri juga ada. Ini salah satu bukti daluang ini mendunia. Ternyata di luar negeri juga ada sebagai media gambar, tulisan, pakaian. Jangan sampai daluang diakui negara lain sebagai harta benda milik mereka,” tegas Ida.
Ya, pada Oktober 2014, daluang didaftarkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemarin (24/8), di pameran, daluang kembali dibangkitkan. Diperkenalkan kepada khalayak.
”Ini penting kita perkenalkan kepada masyarakat dan pelajar. Bahwa negara kita sangat kaya dengan peninggalan sejarah dan budaya. Bukan saja dikenang, tapi dimiliki dan dilestarikan,’ kata Kepala Balai Museum Sri Baduga Ester Miori Dewayani.
Pameran ini menjadi inspirasi sebagai perajin daluang. Di pameran diperlihatkan kertas daluang bisa dijadikan pakaian, dompet, ikat kepala, dan lainnya. Sementara itu, di Jawa Barat, cukup banyak daerah yang memiliki pohon saeh. Seperti Kabupaten Subang, Bogor, Garut, dan Kuningan. ”Sekarang mulai menggeliat perajin daluang,” ucapnya.
Sebagai tindak lanjut membangkitkan kembali daluang, enam sekolah di Jawa Barat diberi pohon daluang untuk ditanam di sekolah. Sekolah tersebut yakni, SMAN 20 Kota Bandung, SMPN 11 Kota Bandung, SMK Prakarya Internasional, SLB Cicendo, SLB Pajajaran, dan SLB Ngamprah Raya Padalarang Kabupaten Bandung Barat.
”Tadi juga ada penanaman pohon saeh secara simbolis. Nantinya ada gerakan penanaman pohon saeh. Secara simbolis sudah diberikan kepada sekolah sekolah. Minimalnya mengenalkan kepada pelajar. Suatu saat mereka sudah tidak asing lagi manfaat pohon saeh,” jelas Ester.
Bukan saja menampilkan produk daluang. Pameran ini juga menggelar workshop dari Museum Bait Alquran. Yang hadir ibu-ibu pengajian dan anak-anak sekolah. Mereka melihat dan menulis huruf arab di kertas daluang. ”Ada juga lomba mewarnai huruf arab dari kertas daluang,” imbuhnya. (*/rie)