”Ada perang informasi, ideologi yang lintas batas. Nah di sini (IBRAF) harus memberikan dampak positif bagi semua untuk kedamaian,” ujar Emil.
Terpisah, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat Yuliandre Darwis menegaskan, pada IBRAF ke-5 ini merupakan pertemuan regulator penyiaran di seluruh dunia. Indonesia yang diwakili KPI menjadi Term-President tahun 2016-2017.
Dalam forum ini juga membahas persoalan konvergensi media dan teknologi siaran yang mengupas konsep dan pelaksanaan alih teknologi serta konvergensi media di dunia.
Baca Juga:Aher Minta bank bjb Berperan AktifStock Darah PMI Kabupaten Bandung, Aman
”Dengan kegiatan ini diharapkan perdamaian dan harmonisasi masyarakat dunia. Kami ingin forum ini mampu mengangkat dan menyampaikan semangat perdamaian,” ungkapnya.
Menurut dia, Indonesia merupakan penduduk muslim terbesar di dunia. ”Maka, Indonesia harus jadi roll model dan harus menjadi lokomotif dalam kebaikan di konfrensi negara-negara Islam,” tuturnya.
Yuliandre mengaku, berbahagia karena ada sebelas negara observer yang hadir di luar OKI. Di antaranya Korsel, Amerika, Jerman, Belanda, Portugal, Taiwan, Hongkong, dan lain-lain. ”Artinya mereka ingin tahu ada apa menjadi kekuatan positif dari Indonesia. Dan ini perlu kita maksimalkan,” tegasnya.
Sementara itu, Menkominfo Rudiantara berharap, dengan ini para wakil negara yang hadir bisa berbagai ilmu, pengetahuan, pengalaman. Khususnya, terkait dengan peraturan penyiaran. ”Sehingga dunia penyiaran bisa menjadi dukungan positif sesuai kebutuhan masyarakat,” tegas Rudiantara.
Konferensi tersebut secara resmi dibuka oleh Menkominfo Rudiantara dengan memukul gong. Hadir dalam kegiatan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Sekjen IBRAF Hamit Ersoy dan beberapa tokoh-tokoh broadcasting dari Indonesia maupun dunia. Termasuk delegasi ketua regulator penyiaran dan akademisi. (dn/rie)