Pedasnya Yang Beda, Tiga Jam Bisa Layani 200 Pengunjung

Meski kota kecil, Georgetown, ibu kota Penang, mempunyai ragam kuliner yang banyak. Salah satunya masakan padang. Sejak 1969, masyarakat Melayu akrab dengan masakan khas Nusantara itu.

DHIMAS GINANJAR, Penang

MENGUNJUNGI Georgetown belum lengkap bila tidak melahap aneka kulinernya. Tiga etnis yang hidup rukun di sana, yakni Melayu, Tionghoa, dan India, membuat kawasan berpenduduk 740 ribu jiwa tersebut kaya aneka makanan. Belum lagi kuliner Eropa yang ikut meramaikan jalanan kota itu.

Indonesia diwakili masakan padang. Ada beberapa rumah makan padang di sana. Namun, yang paling tua dan melegenda kelezatannya adalah Restoran Nasi Padang Minang yang terletak di pusat kota. Kedai makanan itu ada sejak 1969.

’’Keluarga kami berasal dari Batang Kapas, pesisir selatan Sumatera Barat. Makanya, saya punya nama Minang,’’ ujar Agus Salim, 65, Jumat (3/1). Dia adalah generasi kedua yang ikut menjaga kelangsungan hidup rumah makan padang yang berlokasi di persimpangan Jalan Transfer dan A.S. Mashoor itu.

Agus lupa pastinya. Yang jelas, saat Perang Dunia Kedua, banyak orang Sumatera yang pindah ke Malaysia. Biasanya melalui Medan. Termasuk keluarganya yang memilih tinggal di Kedah. Pada 7 September 1952, Agus Salim lahir di sana. ’’Tante saya lantas ke Penang sebelum 1969,’’ ucapnya.

Perempuan itu bernama Siti Hajar binti Hussein. Dia memilih tinggal di Penang bersama orang-orang Minang yang mengadu nasib di kota pelabuhan itu. Untuk menyambung hidup, dia membuka restoran. Lokasinya sama seperti 48 tahu lalu. Di bawah International Hotel.

Menurut Agus, awalnya makanan yang dijual rumah makannya bukan masakan padang. Sebab, orang Melayu tidak begitu suka pedas. Jadinya, menu yang dijual waktu itu mengikuti lidah orang Melayu yang kebanyakan sayur-sayuran. ’’Setelah itu, kami masukin sikit-sikit (sedikit-sedikit) makanan Minang di menu,’’ terangnya.

Agus bercerita, awalnya tidak mudah membuka restoran khusus makanan padang di Penang. Sebab, kebanyakan orang Melayu saat itu lebih suka memasak sendiri. Apalagi, masyarakat di kawasan utara Malaysia tersebut telanjur mengenal makanan khas di sana, nasi kandar. Yakni, hidangan nasi putih yang disajikan dengan banyak masakan kari khas Tamil India.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan