Pelanggan Kaos Suci Menurun

bandungekspres.co.id, CIBEUNYING – Awal Januari 2017, PT PLN (Persero) memberlakukan kenaikan tarif listrik secara bertahap bagi rumah tangga golongan mampu yang menggunakan listrik dengan daya 900 VA. Peningkatan tarif tersebut tentunya berpengaruh pada semua pihak yang menggunakan energi tersebut untuk aktivitas sehari-harinya. Salah satunya para pelaku usaha di Sentra Industri Kaos Suci. Mereka yang menggunakan energi listrik dalam produksinya, harus menerima perubahan nilai harga ini dengan lapang dada.

Pemilik fb7 Productin Normen mengatakan, saat harga listrik naik, biaya produksi pun ikut naik. Sehingga hal tersebut berdampak pada jumlah produksi, karena pelanggan mulai mengurangi pesanan. fb7 Production memproduksi kaos, jacket, kemeja, sweater, almamater, rompi, wear pack, topi, tas, payung, banner, dan lain-lain. ”Yang pasti, hal itu berpengaruh pada (harga) produksinya. Jika listrik naik, kita juga menaikan nilai produksinya,” ucap Normen kepada Bandung Ekspres di Jalan Surapati (Suci), kemarin (5/1).

Menurut dia, para pelaku usaha pun merasa serba salah. Sebab, jika harga produk dinaikan, otomatis pelanggan akan beralih ke konveksi lain.

”Ke (jumlah) pelanggan  juga berimbas. Karena kalau harganya naik, kita juga jadi jarang pembeli. Itu perbandingannya bisa jauh banget,” tambahnya.

Namun bagi Normen yang telah menggeluti bisnis industri tersebut dari tahun 2006,  dirinya sudah terbiasa dengan masalah ini. Sehingga ia tidak terlalu kebingungan menyikapi kenaikan listrik ini.

Sementara itu, pelaku usaha lainya, pegawai Amazon Production, Jeck mengaku, kenaikan tarif ini tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap kegiatan produksinya. Karena hal tersebut sudah sering terjadi dan kenaikannya pun tidak terlalu tinggi. Namun, pengaruh yang paling terasa ialah ketika ada pembeli yang sudah sepakat dengan harga sebelumnya.

”Mereka kan tidak tahu biaya produksi kita naik, dan kita juga sudah deal sebelumnya. Jadi nggak bisa dinaikin (harganya) lagi. Sehingga keuntungan yang seharusnya 10 persen berkurang menjadi 6 hingga 7 persen,” ujarnya. (gugun gunawan-job/fik)

 

Tinggalkan Balasan