Pasar Saham Opening Tantangan Harapan

bandungekspres.co.id, Jakarta – Upaya pemerintah meningkatkan peran investasi dalam mendorong perekonomian Indonesia menjadi salah satu modal positif industri pasar modal 2017. Pertumbuhan pasar modal harus sejalan dengan pasar ritel dan sektor riil agar lebih mencerminkan situasi dalam negeri.

”Pasar modal memang penting. Tapi pasar Senen, pasar Tanah Abang, pasar Kliwon, itu jauh lebih penting. Apa gunanya pasar saham naik kalau pasar Tanah Abang turun. Harus sinkron. Itu baru baik,” papar Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) saat membuka perdagangan saham 2017 di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), kemarin (3/1).

Daya tarik masuk ke bursa saham, menurutnya, justru terutama karena faktor pertumbuhan ekonomi yang terjaga. Maka, pedoman untuk menjadi indikator bukan sekadar angka-angka yang terpampang di pasar saham. ”Tapi harus dituntun juga oleh pertumbuhan ekonomi yang mendasar negeri ini,” kata dia.

Sejalan dengan itu, pemerintah membantu dengan menjaga situasi politik dan keamanan terjaga dengan baik. Supaya stabilitas pasar terjaga.

Dia memberikan contoh ketika terjadi demonstrasi masa besar-besaran pada akhir tahun lalu dan berlangsung aman. Aparat keamanan mampu menangkap teroris sebelum mereka beraksi pada tahun baru.

Tidak seperti di Turki yang situasinya justru berkebalikan pada malam tahun baru menewaskan 35 orang. ”Coba bayangkan kalau kita terjadi seperti Turki contohnya, pasti bukan lagi merah seperti itu. Mungkin merah tua terjadi di bursa efek,” ungkap JK.

JK menunjuk warna merah pada papan chart perdagangan saham di BEI karena memang dibuka di zona merah kemarin. Akhirnya tetap ditutup negatif dengan penurunan tipis yaitu 5,855 poin (0,110 persen) ke level 5.296,711 pada perdagangan perdana di tahun ini. Investor asing melakukan pembelian bersih sebesar Rp 97,9 miliar.

Kebetulan, arah perekonomian global menuju kebijakan proteksi dalam negeri. Terutama sejak presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump mencetuskan keinginan membawa pulang korporasi raksasanya agar produksi dan memerkuat diri di dalam negeri.

Meskipun realisasinya diyakini JK tidak akan semengkhawatirkan perkiraan. ”Tidak mungkin lah. Kalau dia produksi semuanya di dalam negeri, semuanya serba mahal, mana mau masyarakatnya disuruh beli dengan harga berkali lipat lebih mahal. Jangan terlalu khawatir berlebihan,” sarannya.

Tinggalkan Balasan