Menurut James, masih banyak ibu-ibu yang belum tahu aplikasi tersebut. Padahal, target utamanya adalah menyukseskan penjual. Bukan semata-mata melayani pembeli. Menurut dia, pembeli akan sukses dengan sendirinya kalau penjualnya sukses.
Modal juga jadi pertimbangan. Maklum, belum ada investor yang mendanai. Dana awal yang dihimpun berasal dari hadiah lomba. Awal tahun ini mereka menang kejuaraan Start-up Sprint yang diadakan di Surabaya. Mereka menyingkirkan 102 peserta lainnya. ”Dana awalnya hanya Rp 50 juta. Jadi, kami harus berhemat,” beber James.
Meski cukup puas, mereka berempat mengaku masih punya ambisi untuk mengembangkan aplikasi tersebut. Kunjungan ke Silicon Valley, California, Amerika Serikat, yang juga merupakan hadiah lomba itu jadi pelajaran berharga. Mereka mengaku banyak belajar tentang kegigihan dan keuletan. ”Di sana banyak start-up yang baru dan gagal, tapi terus bertahan dan melakukan inovasi,” sambungnya.
Selain itu, mereka saat ini berfokus untuk mengutamakan layanan kepada pelanggan. Menurut dia, layanan yang baik akan membuat pelanggan lebih loyal. ”Kalau puas dengan layanan kami, pasti akan digetoktularkan,” ungkap pria 26 tahun tersebut.
Ke depan, mereka terus mengembangkan aplikasi tersebut agar variasi masakan lebih banyak. Pelanggan bisa menemukan hal-hal baru. Masakan akan diklasifikasikan ke tiap-tiap daerah. ”Jadi, nanti yang rumahnya Padang bisa cari rendang yang dimasak dari rumah,” harap pria yang hobi nonton film tersebut. (*/c6/dos/rie)