Gas Langka, Warga Beralih ke Tungku

bandungekspres.co.id, BOJONGSOANG – Akibat kurangnya pasokan gas elpiji 3 kg ke wilayah Kabupaten Bandung. Sejumlah warga kembali seperti zaman sebelum era kemerdakaan, mereka memasak dengan menggunakan tungku dan kayu bakar.

Seperti terlihat di Kampung Ciganitri, Desa Cipagalo, Kecamatan Bojongsoang, Ai Iin, 49, mengatakan kelangkaan gas elpiji kekurangan terjadi sejak sebulan lalu. Ai mengatakan mencari sempat melakukan pencarian elpiji sampai ke sejumlah toko dan agen yang ada di Kecamatan Dayeuhkolot dan Kota Bandung.

”Sekarang, gas harus diirit-irit soalnya sangat sulit didapat. Saya jadi harus pakai kayu bakar dan sampah untuk bahan bakar memasak. Apalagi masak air untuk nasi, supaya gas tetap irit dan dipakai kalau terburu-buru saja,” kata Ai di kediamannya, kemarin (5/12).

Ai pun mengungkapkan dengan mengirit menggunakan elpiji dan kembali menggunakan kayu bakar serta sampah. “Satu tabung elpiji 3 kg bisa habis setelah digunakan 7 sampai 10 hari. Jika tidak dibantu kayu bakar dan sampah, dalam waktu dua sampai tiga hari gas tabung tersebut habis,” ungkapnya.

Kelangkaan elpiji ini, sangat mengganggu usaha jualan jajanan di rumahnya. Sempat saat elpiji tidak bisa ditemukan di Ciwastra atau Dayeuhkolot, usahanya tutup dan terpaksa membeli makanan siap saji.

Tidak hanya di Bojongsoang, kelangkaan elpiji tabung 3 kg pun terjadi di Banjaran. Warga Desa Kiangroke, Kecamatan Banjaran, Dila Nashear (26) mengatakan kelangkaan terjadi sejak sebulan lalu. Beberapa hari lalu, dia terpaksa membeli gas elpiji tabung 12 kg karena elpiji tabung 3 kg tidak dapat ditemukan di sekitar permukimannya.

”Padahal mencarinya sampai Pangalengan dan Soreang, tetap tidak ada dan warga sana pun kesulitan mencari elpiji 3 kg. Saya cari yang 5,5 kg juga susah, adanya yang 12 kg. Terpaksa beli yang itu karena sempat sehari tidak bisa memasak,” kata Dila.

Dila mengatakan seharusnya pemerintah bisa turun tangan mengatasi kelangkaan elpiji 3 kg ini. Sosialisasi mengenai standard harga elpiji dan pengalihan ke tabung 5,5 kg, katanya, tidak dilakukan secara menyeluruh dan maksimal oleh pemerintah. Akhirnya, warga tetap kebingungan.

“Kenyataannya yang tabung 5,5 kg susah ditemukan juga. Kalaupun ada gas 3 kg, harganya sampai Rp 30 ribu. Warga jadinya kebingungan, dan di rumah tidak mungkin juga pakai kayu bakar atau minyak tanah yang juga susah didapat,” katanya.

Tinggalkan Balasan