Faktor Distribusi Pengaruhi Harga Pangan

bandungekspres.co.id, CIANJUR – Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, dan Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartyasto Lukita melakukan kunjungan kerja ke Cianjur, Jawa Barat, kemarin (5/12).

Ketiganya melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Induk Pasir Hayam untuk mengecek harga pangan, sekaligus menghadiri launching integrasi Sistem Resi Gudang (SRG) dan pasar lelang komoditas dalam rangka meningkatkan akses pasar.

Menko Darmin mengatakan, persoalan harga pangan bukan semata-mata dipengaruhi faktor produksi. Tapi, sangat dipengaruhi juga oleh faktor distribusi.

 

Komoditas pangan, kata dia, tidak semua dapat bertahan lama untuk disimpan. Sehingga ketika bukan musim produksi akan terjadi kelangkaan stok dan akhirnya menyebabkan harga naik.

”Contohnya cabai, tidak sama dengan bawang merah. Cabai tidak  tahan lama atau cepat busuk, akibatnya cepat terjadi kekurangan stok di pasar sehingga harga naik. Sementara bawang merah bisa tahan lama disimpan di gudang pendingin, sehingga stok dan harganya bisa normal lama,” kata dia dalam keterangan tertulisnya, kemarin (5/12).

Oleh karena itu, langkah yang dilakukan untuk menjaga stok terus tersedia di saat bukan musim panen dan harga stabil adalah dengan melakukan perbaikan sistem logistik pangan. Misalnya, dengan membangun gudang pendingin dengan jumlah yang memadai, penyediaan mesin pengeringan (dryer) agar nilai jual komoditas pangan yang dihasilkan petani tinggi, dan memperbanyak pembangunan pasar pengepul.

”Jadi, pemerintah tidak akan mengimpor komoditas pangan khususnya cabai dan bawang merah. Bagaimana mau impor, produksi di luar negeri pun tidak ada. Untuk itu, yang dilakukan pemerintah saat ini memperbaiki sistem logistik pangan,” tegasnya.

Sementara itu, Mentan Amran Sulaiman mengungkapan bahwa berkat melaksanakan arahan Presiden Jokowi untuk melakukan Program Upaya Khusus (Upsus) percepatan peningkatan produksi pangan, Indonesia mampu melewati ancaman dampak El Nino 2015 dan La Nina 2016. Program Upsus yang dilakukan yakni pertama, kata dia, meningkatkan indeks pertanaman melalui rehabilitasi irigasi dan membangun embung. ”Hasilnya dari biasanya tanam 1 kali menjadi 2-3 kali tanam,” jelas dia.

Kedua, Sambung Amran, meningkatkan efisiensi biaya produksi melalui bantuan alat mesin pertanian dalam jumlah besar. Di antaranya pemberian traktor, dan alat tanam.

Tinggalkan Balasan