Eunike Nugroho, Pelukis Botani yang Karyanya Mulai Diakui Dunia

Karena itu, Keke tidak mau menyia-nyiakan kesempatan langka tersebut. Sebagai satu-satunya peserta dari Indonesia, dia membawa misi untuk mengenalkan flora Indonesia ke mata dunia. Anggrek jadi pilihan. Dia lalu berburu anggrek di kawasan wisata Kaliurang, Sleman, Jogjakarta. Ada tiga lukisan anggrek yang diusulkan Keke ke penyelenggara. Namun, hanya satu karya yang dipilih. ”Proses seleksinya berlangsung selama setahun,” jelasnya.

Keke merasa makin tersanjung karena digolongkan seniman botani newbie (pendatang baru) yang terpilih dalam pameran tersebut. Dia baru empat tahun mendalami seni tersebut. Itu pun tidak disengaja. Keterlibatan Keke dalam seni botani berawal dari kepindahan suaminya ke Sheffield, Inggris. Saat itu Keke mengikuti sang suami yang tengah menuntut ilmu di sana.

Untuk mengisi waktu selama di perantauan, Keke teringat hobi yang sudah lama ditinggalkannya. Yakni, melukis dengan cat air. ”Di sana, tiba-tiba saya kepikiran untuk melukis lagi,” ungkapnya.

Keke lalu mengambil kursus melukis berbayar. Dengan embel-embel berbayar, mau tidak mau, dia harus serius. Kebetulan, ilmu yang dipelajarinya agak berbeda dan lebih beragam dengan yang pernah dipelajarinya di Indonesia. Keke adalah alumnus Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Dia pun dengan bersemangat menyimak materi demi materi. ”Di sana, jenis kertas lukisan cat air beda. Kuasnya juga beda. Harusnya kayak gini dari dulu,” katanya.

Selesai kursus, Keke tidak lantas berhenti beraktivitas. Dia bergabung dengan komunitas seni botani yang bermarkas di sebuah taman di dekat tempat tinggalnya. Komunitas itu berfokus pada tanaman sebagai objek lukis.

Dari ikut komunitas tersebut, Keke jadi mengerti bahwa melukis tanaman tidak sesederhana kelihatannya. Detail-detail tanaman harus betul-betul diperhatikan.

Setelah kembali memulai, Keke berkomitmen untuk konsisten. Dia pun meningkatkan hobinya menjadi profesi. Menurut dia, cara itu bisa menjadi motivasi untuk terus berkarya. Dia pun mulai menerima pekerjaan. Awalnya, Keke ikut lelang-lelang di situs pekerja lepas. Tarif yang dia tawarkan pun masih harga bantingan. Yang penting dapat klien.

”Awalnya seperti itu. Harganya cenderung rendah. Tapi lumayan, jadi punya portofolio,” tuturnya, lalu tertawa.

Tinggalkan Balasan