Dunia digital terus berkembang. Untuk mengimbanginya, Indonesia membutuhkan kreativitas anak muda yang bukan saja pengguna, melainkan pencipta aplikasi bernilai tinggi.
AHMAD TAOFIK, Cihideung
BAGI perusaaan telekomunikasi, munculnya banyak aplikasi menjadi sebuah peluang besar. Sebab, semakin banyak aplikasi, maka semakin banyak pula pengguna kuota internet.
Namun demikian, untuk mewujudkan negara maju dibutuhkan aplikasi yang memiliki manfaat lebih. Seperti aplikasi bisnis hingga government. Telkomsel, sebagai salah satu penyedia layanan telekomunikasi, berkomitmen mencetak generasi muda yang mampu menciptakan aplikasi di ajang Next Dev 2016.
GM External Corporate Communications Telkomsel Denny Abidin mengaku, mendapat kejutan di ajang Next Dev 2016. Sebab, jumlah peserta tahun ini lebih banyak disbanding Next Dev tahun lalu.
”Next Dev tahun kedua kita sangat kaget, karena antusias peserta sangat tinggi. Lebih bangganya lagi, peserta banyak berasal dari luar Pulau Jawa,” Ujar Denny kepada Bandung Ekspres usai penjurian 20 finalis starup Next Dev di Majahouse, Jalan Sersan Bajuri, belum lama ini.
Dia menambahkan, tahun ini, kompetisi lebih diarahkan kepada smartcity. Menurutnya, hal ini karena melihat peluang kerja sama antara Telkomsel dengan beberapa kepala daerah yang mengusung smartcity.
Tahun ini, sudah ada 10 kepada derah baik wali kota maupun bupati yang ingin kotanya lebih cerdas. Di situlah, kata pria yang akrab disapa Abe, Telkomsel hadir dengan menawarkan konsep smartcity lewat aplikasi-aplikasi berbasis government.
”Sejak 2015 kan mulai booming smartcity. Maka kami percaya diri masuk ke pemerintahan, yuk kita sama-sama membangun kota bersama anak-anak mudanya. Dan ternyata mendapat sambutan baik,” ujar Abe.
Selama ini, banyak anggapan anak muda jika menawarkan konsep kepada pemerintahan itu sangat sulit. Padahal, kata dia, tidak sesukar yang dibayangkan. ”Kami ini kan stakeholders-nya pemerintah. Di mana ada anak muda berbakat, maka kami akan bantu,” ujar Abe.
Terbukti, dari sebanyak 20 finalis Nextdev 2016, didominasi oleh anak-anak muda yang berasal dari daerah terpencil. ”Sekarang, sudah bukan lagi peserta yang berasal dari kota-kota mainstream kayak Jakarta, Bandung, atau Surabaya. Tapi dari Pontianak, Manado, Makasar, Palembang,” ujar dia.