Perjalanan Tim Pesona Delta, Juara Sayembara City Branding

”Ya, ingin juga sih punya sumbangsih buat daerah sendiri,” kata Harist, warga asli kawasan Sumorame, Sidoarjo. Sedangkan Ryan berdomisili di Desa Pepe, Kecamatan Sedati.

Ketiganya berbagi tugas. Ryan mengambil alih peran periset. Dia bertanggung jawab atas data-data riset untuk mengerjakan logo dan tagline agar sesuai dengan potensi dan visi Sidoarjo.

Selama dua minggu dia melakukan riset. ”Yang ditemukan paling awal ya potensi kelautan, udang dan bandeng, sama batik jetis,” kata penggemar Xavier Rudd itu.

Icha didapuk sebagai desainer untuk presentasi dan aplikasi desain logo. Logo dan tagline timnya dibubuhkan di berbagai macam media. Misalnya mobil, kaus, stationery, sampai sign system.

Ikon tempat-tempat dengan potensi utama Sidoarjo pun tak luput dari kemampuan desain perempuan kelahiran Tulungagung, 28 Desember 1994, tersebut.

Dia mendesain ikon Candi Pari dengan sangat sederhana agar terlihat elegan, tapi tidak menghilangkan garis tegas yang menggambarkan ciri khas bangunan bernilai budaya Campa tersebut.

Ada pula ikon kembang bayam yang mewakili batik jetis. Sementara itu, Harist membuat desain logo dan tagline.

Selain kemampuan desainnya tajam, keterampilan menggambar Harist benar-benar dimanfaatkan untuk membuat functional pattern.

Yakni, desain dijabarkan sesuai logo utama dengan makna-makna yang berkesinambungan dalam satu kesatuan. Mereka berharap functional pattern itu bisa menjadi nilai plus.

Harist melanjutkan, ide logo dan tagline Pesona Delta sebenarnya bukan pilihan satu-satunya. Sebelumnya, dia hanya menggunakan warna biru kehijauan untuk desain logo.

Bentuk udang dan bandeng sama sekali belum terlihat kala itu. Dia kemudian memperlihatkan desain awal yang masih tersimpan di handphone-nya.

”Niatnya sih waktu itu menggambarkan keramahan. Kayak welcome gitu,” ucap fans film Captain America itu. Desain tersebut berubah setelah Ryan menyodorkan hasil risetnya.

Tiga bentuk dasar yang mereka adopsi adalah perpaduan udang dan bandeng serta motif batik beras wutah. Pemuda kelahiran 19 Maret 1995 itu lantas memutar otak lagi.

Mengutak-atik bentuk udang dan bandeng agar klop dengan makna keramahan. Setelah tiga hari, logo baru akhirnya rampung.

”Berkali-kali ada perbaikan sampai akhirnya seperti ini,” ucapnya sambil menunjukkan logo yang mengantarkan timnya menjuarai sayembara city branding yang diadakan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sidoarjo.

Tinggalkan Balasan