”Berdasarkan survei awal, kelembaban sampah di TPA Sarimukti sekitar 20-25%. Jadi, bisa saja teknologi ini ditetapkan. Namun, itu bergantung pada hasil studi kelayakan nanti,” terangnya.
Rencananya, kata Edi, proyek insinerator ini akan digarap perusahaan konsorsium dari Indonesia dan Korea. Dari Indonesia, yaitu PT PMgS dan PT Haseba Energi. Sementara dari Korea, ada beberapa perusahaan yang bergabung, di antaranya Hwa Seong B & Tec.Co, Ltd.
Nantunya, dalam pengelolaan sampah tidak membutuhkan tipping fee (biaya angkutan). Hal ini, akan mengurangi membebani Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Teknologi insinerator memiliki kapasitas maksimal 400 ton per hari. Setiap 100 ton sampah bisa menghasilkan 1 megawatt listrik. Paling lama rencananya bisa terwujud teknologi satu tahun ke depan.
”Bila teknologi ini terwujud, maka menjadi satu-satunya kabupaten/kota di Indonesia yang menerapkan teknologi tersebut,” tandasnya. (adv/drx/nit)