Ambisi Pematung Nyoman Nuarta Menuntaskan Megaproyek GWK

Kerahkan 800 Pekerja, Siapkan Dana Rp 1,2 Triliun

Bertahun-tahun megaproyek Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali mangkrak. Namun, pematungnya, Nyoman Nuarta, 64, pantang menyerah. Kini mahakarya itu tinggal proses finishing.

SUGENG SULAKSONO, Bandung

RENTETAN pertanyaan konservator asal Milan, Italia, Michaela Anselmini, menyeret memori Nyoman Nuarta ke masa silam Sampai ke kenangan 27 tahun lalu, saat kali pertama ide pembuatan patung GWK muncul.

”Saya sangat penasaran. Sebenarnya atas dasar apa (Anda membuat GWK, Red)? Sejak kapan proyek GWK itu dimulai? Saya lihat, ini inisiatif pribadi Anda, bukan proyek pemerintah,” telisik Michaela di sela acara pemutaran film pendek tentang kiprah dan pemikiran Nyoman Nuarta di bioskop mini lantai 3 bangunan utama kompleks NuArt Sculpture Park, Sentra Duta, Bandung, 24 Agustus lalu.

Dari film itu pula, perempuan berambut pirang tersebut tahu tentang Nyoman Nuarta dan mahakarya-mahakaryanya. Nyoman menemui langsung tamu istimewanya tersebut. Selain Michaela, ikut nonton sore itu Rizki A. Zaelani dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Jawa Pos (Jabar Ekspres Group).

”Tempat ini menjadi saksi bagaimana 20 tahun saya hanya di sini mencari solusi. Saya tidak ke mana-mana. Saya hanya memikirkan karyawan. Pikirkan bagaimana agar proyek (GWK, Red) tetap berjalan,” kata Nyoman.

Nyoman tidak ingin ide besarnya itu kandas. Dia ingin menyelesaikannya sampai kapan pun. Memang dia mengakui bahwa problem utama mandeknya megaproyek itu terkait dengan faktor finansial. Sementara itu, tidak ada lembaga keuangan dan pemilik modal yang mau membiayai. Meski begitu, pematung lulusan Seni Rupa ITB tersebut tidak menyerah.

Nyoman menyadari bahwa barang seni tidak sama dengan produk komersial pada umumnya. Susah divaluasi (diukur nilai bisnisnya). Karena itu, sempat terpikir olehnya untuk mencari dana ke negara lain.

To Taiwan, Switzerland, to your country (Italia), everywhere, to find investor (ke Taiwan, Swiss, ke Italia, ke mana pun untuk menemukan investor, Red). But no one interested (tapi, tidak ada yang tertarik, Red),” ujar seniman kelahiran 14 November 1951 itu.

Flash back 20 tahun silam, papar Nyoman, peluang mendapatkan pendanaan dari negara sejatinya terbuka. Presiden Soeharto, pemimpin Orde Baru, sempat berkomitmen mendukung megaproyek itu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan