Apresiasi Artikel Riset Xena

Di Tengah kemeriahan HUT ke-270 PT Pos Indonesia, Xena Olivia tampak kikuk. Dia grogi. Bingung harus berkata apa kepada Direktur Utama PT Pos Indonesia Gilarsi Wahyu Setijono yang datang ke sekolahnya SMAK BPK Penabur 2.

Eriek Taopik, Bandung

MESKI tetap menebar senyum, tapi gadis periang kelas XI di SMAK Penabur 2 ini tak bisa menyembunyikan rasa gugupnya. Dia berkali-kali menghadap ke kepala sekolahnya Debora Lilimihardja.

Apa yang dilakukan Xena hingga segugup itu? Rupanya, dia menjadi juara pertama lomba penulisan artikel ”Aku dan Pos Indonesia”. Dia berhasil menyisihkan sebanyak 236 naskah yang dikirim pelajar berbagai penjuru nusantara.

”Engga sangka bisa menang dan bisa membawa nama baik sekolah lebih luas,” kata Xena di sekolahnya, kemarin (26/8).

Prestasi Xena boleh dibilang gemilang. Bahkan, tidak dilakukan siswa dan siswi lain di Indonesia. Di tengah tingginya ketergantungan pada gadget, dia tetap berusaha untuk melakukan basic riset tentang pengetahuan remaja saat ini kepada PT Pos. Sementara, kompetitornya lebih banyak mengulas sejarah, data, hingga masukan dengan cara mengutip dari internet.

”Saya nyebarin angket ke beberapa orang temen. Total ada 19 orang. Dari jumlah itu, beberapa memang benar-benar tidak tahu apa itu pos,” paparnya.

Dari angket yang disebar via google document itu, dia bertanya kepada teman-temannya, apa itu pos, bagaimana pos saat ini, dan apa masukan mereka (pelajar) agar bisa bertahan menghadapi masa depan jasa kurir nasional.

”Beberapa memang lebih familiar kompetitor, beberapa tahu tapi sebatas tahu saja,” urainya.

Dia lantas memfollow-up data hasil angket tersebut dengan mengkroscek prihal harga jasa kurir hingga berapa lama barang tersebut bisa sampai ke konsumen. ”Eh, ketika dicek ternyata harganya lebih terjangkau dibanding kompetitornya,” urainya lagi.

Anak pertama dari dua bersaudara pasangan Andreas Sutandio dan Christine itu mengaku menggarap riset tersebut dalam sepekan. Itu dia kerjakan di tengah kesibukan dia belajar di sekolah. ”Sempet deg-degan juga, karena deadline mepet banget. Setelah konsultasi dengan guru, agak tenang dan akhirnya beres sebelum jatuh tempo pengiriman,” tuturnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan