Kisah Siswa di Berbagai Daerah yang Sekolahnya Rusak Parah

Kondisi yang dialami sekolahnya, menurut Halimah, sangat menjadi ironi di negara yang sudah hampir 71 tahun merdeka ini. ”Garut itu bukan daerah antah-berantah. Masih di Pulau Jawa. Juga dekat dengan Jakarta. Tetapi, nyatanya ada sekolah reyot dan akhirnya roboh,” cetus perempuan 53 tahun itu.

Halimah mengaku, belum lama menjabat kepala SDN 2 Dungsuwiru. Selama ini pihaknya sudah mengajukan permohonan dana rehabilitasi ruang kelas rusak. Tetapi, Pemerintah Kabupaten Garut tidak kunjung menyetujuinya. Alasannya, masih banyak sekolah lain yang membutuhkan anggaran rehab.

Kandang Kambing

Setali tiga uang, nasib siswa SDN 34 Bram Itam, Kabupaten Tanjung Jabung (Tanjab) Barat, Jambi, juga menyedihkan. Mereka belajar di bangunan yang tak layak disebut gedung sekolah. Lebih tepat disebut kandang kambing.

Berdasar pantauan Jambi Independent (Jawa Pos Group), dinding sekolah itu terbuat dari daun nipah yang disusun tumpang-tindih dan sebagian dari papan. Sedangkan atapnya terbuat dari seng berkarat yang sudah bolong-bolong. Dari jauh, bangunan panggung tersebut mirip kandang ternak.

Meski begitu, sekitar 40 siswa dengan tekun belajar setiap hari di sekolah tersebut. Mereka seolah tak peduli dengan kondisi sekolah yang bentuknya sangat memprihatinkan. Meja dan kursi yang ada juga sudah tua dan rapuh. Begitu pula papan tulisnya.

Menurut Dahanan, 59, salah seorang guru SDN 34 Bram Itam, pihak sekolah sebenarnya sudah berupaya mendapatkan dana perbaikan. Namun, dispendik setempat belum mau memberikan kepeduliannya terhadap kondisi memprihatinkan yang dialami SDN 34 Bram Itam. ”Kami tidak tahu kenapa proposal kami belum disetujui juga,” ujarnya, baru-baru ini.

Dahanan menceritakan, sekolah yang terletak di Kelurahan Bram Itam Kiri itu awalnya dibangun secara swadaya. Masyarakat yang ingin memiliki sekolah di desa mereka sepakat untuk membangun SD pada 2014.

Dengan kondisi yang memprihatinkan tersebut, kegiatan belajar-mengajar di sekolah itu tidak bisa berjalan maksimal. Sebab, ketika hujan, ruang kelas sekolah jadi basah karena atapnya bocor. ”Kalau hujan, terkadang kami liburkan. Ruang kelas tidak bisa dipakai,” ungkapnya. (*/c9/ari/rie)

Tinggalkan Balasan