Potensi Serius di Balik Hobi Main-main

Dengan pengguna hingga 30,7 juta orang dan pendapatan mencapai Rp 2,4 triliun per tahun, industri games memang tak bisa diremehkan. Pemerintah pun memberikan dukungan dengan bantuan promosi kreasi developer lokal ke mancanegara.

DULU (sekarang juga masih banyak sih) orang tua pusing tujuh keliling jika anaknya keranjingan game. Dulu kebanyakan guru marah habis-habisan saat melihat muridnya membawa perangkat game di sekolah. Dulu anak yang hobi main game dianggap madesu alias masa depan suram.

Tapi, lihatlah sekarang. Banyak anak muda berprestasi karena hobi tersebut. Menjadikan game sebagai ajang mencari uang. Bahkan, ada sekolah yang menjadikan game sebagai salah satu program pembinaan.

Tidak percaya? Coba saja datang ke SMA 1 PSKD yang berada di kawasan Senen, Jakarta Pusat. Sekolah tersebut memiliki program pembinaan e-sport.

Ya, itu merupakan istilah kompetisi video game yang teratur dan terorganisasi. Melibatkan dua orang atau lebih yang bertanding. Selama ini, istilah e-sport familier dalam game bergenre MOBA (multiplayer online battle arena), RTS (real-time strategy), fighting, dan first person shooting.

Yohannes P. Siagian, kepala SMA 1 PSKD, menuturkan, e-sport dijadikan sebagai salah satu program pembinaan di sekolahnya karena perkembangan bidang tersebut sangat cepat.

Yohannes, yang sejak muda hobi bermain game, merasa bahwa skill dan pengalaman dari e-sport itu bisa membawa dampak positif bagi anak didiknya ketika memasuki dunia kerja. Di SMA 1 PSKD, program pembinaan game dilakukan 10-12 jam per pekan. Bahkan bisa lebih karena siswa bisa berlatih sendiri hingga pintu gerbang sekolah ditutup pada pukul 21.00.

”Saat ini yang kami support penuh beberapa cabang e-sport seperti DOTA 2, League of Legend, Point Blank, Overwatch, dan Counter Strike,” ujarnya. Yohannes menyiapkan sepuluh pembina khusus untuk program e-sport.

Meskipun program pembinaan itu baru dibuka, peminatnya cukup banyak. Sudah ada 30-an anak yang berminat untuk mengikuti program tersebut. Jumlah itu tergolong banyak, menyamai salah satu program pembinaan favorit di sekolah itu, yakni basket.

Bahkan, beberapa anak sengaja mengejar masuk SMA 1 PSKD karena adanya e-sport. Namun, ada juga orang tua yang masih ragu karena khawatir dampak negatif game. ”Sejak awal, orang tua kami beri penjelasan dengan hasil penelitian tentang bagaimana potensi bidang game. Kebanyakan bisa memahami,” ungkapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan